curhat

UNTUKMU IBU


SEBUAH KETULUSAN
Oleh :

Idris Mahmudi, Amd.Kep.*
(081336385486)

Dahulu di zaman nabi Sulaiman ada sebuah cerita, ada seorang ibu yang lama tidak mempunyai anak dan sangat ingin sekali kehadiran anak. Suatu hari ia menemukan seorang bayi didepan halaman rumah yang ditinggal mengambil mainannya oleh ibunya di dalam kamarnya. Sang ibu yang tak memiliki anak tersebut (sebut saja ibu 1) membawa dan bermaksud mengambil bayi tersebut. Begitu keluar, ibu yang sesungguhnya (sebut saja ibu 2) kebingungan dan menangis mencari bayinya. Suatu saat ibu 2 ini ketemu dengan bayinya yang sedang digendong ibu 1 dan terjadilah cekcok.
Ibu 2 : Maaf, dari mana anda dapatkan bayi ini ? ini adalah bayi saya yang hilang.
Ibu 1 : Maaf, ini adalah bayi saya.
Keduanya saling mempertahankan bayi tersebut dan bersikukuh memiliki bayi tersebut hingga masyarakat yang melihat kejadian itu sulit memastikan siapakah ibu sebenarnya dari bayi tersebut. Disaat seperti itu akhirnya ibu 1 berkata, “mari kita putuskan perkara ini pada raja kita nabi Sulaiman.”
Ibu 2 : Iya, saya setuju.
Keduanya menuju sang raja, nabi Sulaiaman yang terkenal sangat bijak.
Sulaiman : Ada masalah apa kalian menghadapku wahai para ibu ?
Ibu 2 : Ini bayi saya raja, ibu ini mengambilnya dariku.
Ibu 1 : Bukan, ini bayi saya.
Sulaiman : Siapa yang berani bersumpah pada Allah bahwa ini adalah bayi kandungnya ?
Ibu 1 : Saya bersumpah bahwa ini adalah benar bayi saya.
Ibu 2 : saya juga berani bersumpah bahwa ini adalah benar bayi saya.
Nabi Sulaiman tampak bingung dan geram atas kelakuan 2 ibu tadi yang tidak mengaku.
Sulaiman : Jika begitu berarti kalian berdua memang benar ibu dari bayi ini.
Nabi Sulaiman kemudian mencabut pedangnya.
Ibu 2 : Apa yang akan engkau lakukan wahai raja ?
Sulaiman : Supaya adil lebih baik bayi ini kupotong jadi 2, setengah buatmu dan setengahnya lagi buatnya.
Ibu 1 : Iya raja jika memang begitu saya setuju karena yang demikian adalah keadilanmu.
Ibu 2 menangis meneteskan air mata dan berkata, “Jangan raja, jangan engkau potong bayi itu, biarlah dia tetap utuh dan menjadi milik ibu ini.”
Nabi Sulaiman langsung mengambil bayi itu dan diberikan pada ibu 2 yang menangis itu. Ibu 1 terkejut dan berkata “Bukankah bayi ini milikku, kenapa kau berikan padanya ?”
Sulaiman : Sesungguhnya Tidak ada ibu yang tega membunuh atau memotong anaknya sendiri, ibu 2 adalah ibu kandung yang sesungguhnya dari bayi ini.
Berkaca dari kisah diatas alangkah tulusnya kasih sayang seorang ibu pada anak-anaknya. Maka dihari ibu ini (22 Desember) saya mengajak dengan ketulusan hati juga untuk merenung kembali akan jasa seorang ibu. Siapakah yang wajib kuhormati ya Rosul ? ibumu, Rosul sebut sampai 3 kali, baru kemudian ayahmu. Dalam sebuah bait lagu qosidah terlantun :
Ibu, kaulah wanita yang mulia
Derajatmu 3 tingkat dibanding ayah.
Bahkan Iwan Fals dalam baitnya yang terkenal bersenandung :
Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintangan demi aku anakmu
Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki penuh darah penuh nanah
Ingin ku tertidur terlelap di pangkuanmu
Hingga kurasakan waktu aku kecil dulu
Seperti udara ...kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas, ibu..., ibu...
Begitu hebatnya seorang ibu sampai hadis menyatakan bahwa di telapak kakinya terhampar syorga, sementara dalam genggaman tangannya sebuah negara. Karena seorang ibu adalah tiang negara.
Tidak ada seorang yang hebat tanpa seorang ibu. Tengoklah orang-orang besar yang mewarnai bangsa atau dunia ini, mereka lahir dan bisa hebat karena peran ibu. Pantaslah jika islam menyatakan “ibu adalah sekolahan tempat menempa pendidikan”. Jika anda hari ini menjadi orang besar dan menjadi orang hebat, sadarlah bahwa kehebatan dan kebesaran nama anda adalah jasa dari ibu anda. Maka senyampang kesempatan masih ada, pulanglah, segera peluk, cium tangannya, sungkemlah dan minta kerelaan serta doanya, karena sedikitpun anda tak akan pernah besar dan jadi orang sukses tanpa cucuran keringat, kelembutan tangan dan tetesan air matanya.

• Penulis adalah Dai dan Perawat-Akupunturis, mahasiswa PAI UNMUH Jember, aktivis IMM, penulis buku “Seksual Pasutri” dan CALEG DPRD Kabupaten Jember nomer urut 6 untuk wilayah DP 4 dari partai PAN.

0 komentar:

Posting Komentar