curhat

SUARA HATIKU


SAAT KUMERASA RESAH
Oleh :

Idris Mahmudi, Amd.Kep.*

Suatu saat saya pernah diundang untuk makan malam bersama dengan beberapa anggota dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) kabupaten jember dan bersama beberapa kawan CALEG kontestan pemilu 9 April 2009 depan di salah satu restoran megah di kota Jember.
Karena merasa berasal dari udik (desa), saya merasa canggung dengan berbagai menu yang ada. Ada banyak yang hadir dan makan sambil bersantai ria ditemani alunan musik dengan seorang penyanyi cantik nan seksi yang menghibur di restoran itu. Disaat makan dengan menu yang begitu nikmat dan alunan syahdu musik penyanyi tersebut, justru saya berfikir dan resah akan saudara-saudara saya di pedesaan, di kolong jembatan yang jauh di sana, apakah mereka juga bisa makan seperti saya ?
Disini para anggota dewan riang gembira sambil makan nikmat bersama, gumam hati saya “apakah wong cilik yang katanya mereka mewakili aspirasinya juga dapat makan seperti mereka ?”
Saya mengungkapkan ini bukan semata karena saya seorang CALEG, dan ingin dipilih anda serta mendapat simpati dari anda, bukan sama sekali. Jauh sebelum saya dinobatkan sebagai CALEG oleh KPU pun keresahan itu selalu bergemuruh di dalam dada saya. Alhamdulillah ruh Humanitas, ruh qur’an surat Al-Ma’un melekat dalam jiwa saya dan mudah-mudahan tetap ada serta terejawantahkan dalam kehidupan nantinya. Namun apa yang bisa kuperbuat untuk mereka para wong cilik itu. Saya punya hayalan dan cita-cita yang tinggi buat mereka, namun apa daya kemampuan ku. Akhirnya dengan bismilah dan sholat istikhoroh mungkin CALEG inilah jika benar-benar Allah mentaqdirkan saya jadi, adalah salah satu cara menggapai power atau kekuatan untuk membantu mereka. Kekuasaan adalah amanah, dan terasa berat bagi saya, karena neraka dengan api yang menyala telah menanti saya jika saya menghianati mereka, dan limpahan nikmat syorga balasannya jika saya menunaikan hak-hak mereka. Saya berdoa dan memohon doa anda semua semoga mampu menunaikan amanah ini, dan mari peran anda semua adalah mengontrol saya agar tetap lurus menegakkan amanah ini.
Jika anda lihat, pemilu depan dipenuhi dengan berbagai partai dan ratusan CALEG. Untuk di jember, kurang lebih ada 750 caleg dan nanti yang duduk di dewan dari semua itu adalah 50 orang. Siapakah 50 orang itu, andalah yang menentukan yang anda anggap mampu amanah terhadap suara anda. Sangat banyak sekali calegnya, mulai dari politisi asli, aktivis, kaum buruh, ibu runah tangga dll. Kecenderungan para caleg disaat debat dan tampil di TV, semua “merasa bisa”. Namun yang dibutuhkan saat ini adalah para dewan yang “bisa merasa” bukan yang “merasa bisa”. Mengapa ? merasa bisa terkadang dia hanya merasa saja, bahkan yang memang bisa terjebak pada kesombaongan. Jika merasa bisa, mampukah menyelesaikan persoalan kelaparan para wong cilik rakyat yang diwakilinya dengan berdebat konsep di meja makan restoran mewah sambil mendengar alunan musik ?
Namun jika mereka “bisa merasa” paling tidak hatinya mudah merasa, kepekaan sosial akan timbul sehingga ia merasa apa yang dirasakan oleh mereka. Merasa saja tidak cukup, harus ada tindakan nyata menyalurkan hak mereka, baik itu minyak gas, pupuk, jatah beras raskin, dana JPS kesehatan, dana BLT, bantuan kompor gas, dana jaring asmara dll. Tapi paling tidak “bisa merasa” adalah kunci awalnya.
Pernah suatu ketika saya silaturohmi ke warga dan disitu saya disuguhi makan dengan nasi putih saja dengan lauk laron (hewan kecil yang terbang di malam hari disaat hujan atau setelah hujan yang berasal dari metamorfosis rayap). Saya terenyuh, dan saya makan lahap dengan mereka agar dapat merasakan apa yang mereka rasakan dan nanti tidak lupa dengan mereka meskipun akhirnya semalaman saya tidak bisa tidur karena keracunan laron tersebut hahaha.....saya tidak mengarang, ini fakta, ini nyata dan ada di sekitar kita.
Jika ada caleg yang belum jadi sudah keluar uang banyak, atau anda mendapat uang dari salah satu caleg berhati-hatilah. Walau tidak 100% benar, tapi dalam pikiran saya seandainya mereka jadi dewan tentu langkah awal adalah bagaimana dana kampanye mereka kembali dulu. Mungkin saat ini saya adalah salah satu caleg yang kata orang tidak “tenanan”(sungguhan) karena caleg kok tidak mengeluarkan uang sangu sama sekali. Saya sungguhan ingin mewakili mereka para wong cilik, karena saya merasa terlahir dari mereka, dan saya pun merasa sebagai bagian dari mereka. Tapi jika masalah uang dan “money politik” apa yang saya buat untuk money politik ? rumah saja masih ngontrak dan pekerjaan saya hanyalah seorang perawat-akupunturis yang nyambi jualan susu kedelai di sekolah-sekolah SD. saya tidak punya apa-apa karena sayalah wong cilik itu yang mencoba memimpin bangsa dan berkontribusi untuk bangsaku terutama kota jember.
Mungkin anda pernah mendengar ada caleg pilihan anda yang ternyata terpilih jadi dewan terhormat, begitu menjabat 3 bulan langsung beli mobil honda jazz dan parkir di rumahnya. Anda terheran dan merasa “enak ya jadi DPR ?”
Kabar burung yang saya dengar dari kawan-kawan dewan, gaji pokok seorang dewan adalah 6 juta/bulan. Artinya dalam 3 bulan maka dewan akan punya uang 18 juta dengan asumsi itu tidak dimakan atau ditabung semua. Harga honda jazz saat ini kurang lebih 150 juta. Jadi jika ternyata saya terpilih jadi anggota dewan dan 3 bulan ada honda jazz di rumah saya, anda sebagai orang yang menjadikan saya wajib dan berhak untuk bertanya dari mana uang itu didapat kok bisa membelinya ? dari mana uang 132 juta kekurangannya ? Bantu saya, luruskan saya dan control saya karena saya wakil dan pelayan anda dan uang itu adalah uang anda. Bagian saya adalah sedikit saja yang memang menjadi hak saya setelah amanat anda tertunaikan.


• Penulis adalah Dai dan Perawat-Akupunturis, mahasiswa PAI UNMUH Jember, aktivis IMM, penulis buku “Seksual Pasutri” dan CALEG DPRD Kabupaten Jember nomer urut 6 untuk wilayah DP 4 (Jenggawah, Ambulu, Wuluhan, Balung, Rambi) dari partai PAN.

0 komentar:

Posting Komentar