curhat

AKSELERASI PENDIDIKAN, MUNGKINKAH ? (TERMUAT DI MAJALAH MEETING POINT)


AKSELERASI PENDIDIKAN MEMANGKAS UANG DAN WAKTU
Oleh :

Idris Mahmudi, Amd.Kep.S.Pd.I.*
Email : idris_mahmudi@yahoo.co.id
Blog : www.tata-h5idris.blogspot.com
HP : 081336385486

Setiap sesuatu yang muncul selalu ada yang pro dan kontra, pasti ada efek positif dan negatifnya. Itupun yang terjadi dengan model pembelajaran akselerasi dalam dunia pendidikan akhir-akhir ini. Terlepas dari pro dan kontra, demi sebuah perkembangan dan kemajuan penulis menganggap bahwa akselerasi pendidikan ibarat pesawat supersonik yang kecepatannya melebihi kecepatan suaranya, atau ibarat kereta super cepat Nozomi di jepang. Jika memang ada positifnya mengapa takut dan mengapa tidak kita coba sebagai solusi alternatif bagi yang memang mebutuhkan. Bukankah pendidikan adalah belajar, dan belajar terefektif adalah bagi mereka yang mau mencoba serta berusaha melakukannya ? Kesuksesan hidup ini adalah bagi mereka yang selalu mau mencoba.
Pengertian.
Pengertian acceleration yang diberikan oleh Pressey (1949) adalah suatu kemajuan yang diperoleh dalam program pengajaran, pada waktu yang lebih cepat atau usia yang lebih muda daripada yang konvensional (Hawadi, Reni Akbar, DR—2004).
Esensi dari program akselerasi pendidikan adalah memberikan pelayanan kepada siswa yang mempunyai bakat istimewa dan kecerdasan luar biasa untuk mengikuti percepatan dalam menempuh pendidikannya. Untuk tingkat pendidikan dasar, siswa yang mempunyai bakat istimewa dan kecerdasan luar biasa dapat menempuh pendidikannya selama 5 tahun, sedangkan untuk tingkat menengah SLTP dan SLTU siswa dapat menempuh pendidikannya selama 2 tahun.
Secara konseptual, program akselerasi ini cukup bagus relevansinya dalam pengembangan bakat dan kecerdasan anak, yaitu memberikan perhatian yang lebih kepada anak didik yang memiliki bakat istimewa dan kecerdasan yang luar biasa, sehingga mereka bisa mengembangkan ilmu pengetahuannya secara luas.
Sebenarnya program akselerasi secara tidak sadar telah dilakukan oleh para ibu dan hampir setiap orang tua sekarang dalam mendidik anak. Contoh, dulu orang mengajari anaknya berjalan dengan cara menatahnya. Tetapi sekarang orang membelikan anaknya kereta bayi (baby walker) untuk mengajari anaknya berjalan, dengan begitu ia mampu belajar berjalan lebih cepat dan aman. Contoh lain, sekarang orang mengajarkan anak naik sepeda, dengan membelikannya sepeda kecil, yang ada dua roda bantu di belakangnya, pada usia Balita. Sehingga pada usia TK atau awal sekolah dasar anak sudah lancar naik sepeda.
Secara eksplisit islam mengajarkan “Berkatalah dan ajarilah anak-anakmu sesuai kadar ukurannya”(Al-Hadis). Corak anak sangatlah beragam, kemampuan anak juga sangat berbeda, anak yang mengalami hambatan kecerdasan tentu susah disandingkan dengan anak yang mengalami keistimewaan kecerdasan. Begitu pula sebaliknya. Jika anak dengan kecerdasan istimewa dipaksa dalam satu kelas dengan mereka yang kurang mampu, anak tersebut akan bosan, perkembangannya terhambat dan bahkan merampas laju perkembangan serta kecerdasan anak. Maka kelas akselerasi merupakan salah satu solusinya. Nabi juga bersabda :
من كان يومه خير من أمسه فهو رابح
“Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia beruntung”.
Lanjutan hadis diatas dikatakan bahwa siapa yang hari ini sama dengan kemarin ia rugi, apalagi jika kemarin justru lebih baik dari hari ini, dia termasuk orang yang celaka. Dari hadis ini, tampaknya islam pun bersepakat dengan akselerasi dalam dunia pendidikan, karena memberikan ruang bagi mereka yang lebih mampu untuk menjadi lebih baik lagi. Bahkan akselerasi ini seakan senada dengan semangat Al-Qur’an “Fastabiqul Khoirot” (berlomba-lomba dalam mencapai keterbaikan).
Zaman selalu berkembang cepat, maka kondisi pun juga dinamis. Oleh karena itu zaman dulu dengan sekarang sangatlah berbeda. Jika kita tilik pendidikan yang ada di Indonesia sekarang ini masih konvensional, ia masih kaku dan terikat oleh jenjang, mari kita lihat :


Tingkat Pendidikan
Play Group = 2 tahun.
SD = 6 Tahun.
SMP = 3 tahun.
SMA = 3 tahun.
S1 = 4 tahun.
S2 = 2 tahun.
S3 = 3 tahun
Alangkah lamanya sistem pendidikan yang dibakukan di negeri kita ini. Berapa lama waktu yang kita butuhkan dalam menempuh pendidikan secara formal ? Cina yang sedang tumbuh pesat, termasuk bidang pendidikannya giat melaksanakan akselerasi, karena itu hingga Saat ini, paling sedikit 673 mahasiswa usia dini telah diwisuda sebagai sarjana di negeri tirai bambu itu, yang paling muda berusia 11 tahun. Anda lihat kembali tabel diatas, jika seorang anak usia 3 tahun sudah masuk play group, maka di usia 26 tahun dia sudah menyandang Doktor, itupun jika tidak terhambat faktor biaya. Mengacu buletin ini edisi pekan lalu, biaya pendidikan ternyata cukup mahal, SD sampai 15 juta, SMP sampai 30 juta, SMA sampai 70 juta dan kuliah level S1 sampai 150 jutaan. Jika kita berkaca dengan Cina yang sekarang bersama India mulai menjadi macan Asia, usia 11 tahun sudah sarjana, maka di usia 16 tahun sudah menyandang Doktor. Dari sudut waktu ada 10 tahun waktu yang terpangkas, dan dengan 10 tahun waktu itu cukup banyak pula uang yang bisa dihemat serta digunakan untuk keperluan lain yang menunjang kehidupan. Oleh karena itu, akselerasi pendidikan yang menjadi tema tulisan ini layak untuk direnungkan kembali.
Analisa Dampak
Berbicara dampak tentu ada nilai positif dan negatifnya. Nilai positif dari akselerasi pendidkan banyak sekali yang salah satunya menjadi pemaparan diatas, dan penulis tidak akan mengulasnya lagi. Karena bagi penulis untuk sebuah kemajuan fokus orientasi kita adalah pada hal yang positif saja, yang negatif kita kesampingkan bahkan kita buang dengan cara menutup dengan kelebihan lainnya. Diantara aspek negatif akselerasi pendidikan adalah sisi psikologis dan emosional anak. Sesuai teori taksonomi Bloom, Bloom mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah mengembangkan tiga kemampuan dasar, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga aspek tersebut merupakan sebuah entitas integral yang tidak dapat dipisah-pisahkan dan berdiri sendiri. Antara aspek yang satu dengan aspek lainnya saling berkaitan. Dengan demikian, keberhasilan pendidikan hanya akan dapat tercapai manakala ketiga aspek tersebut dapat diaplikasikan oleh guru secara seimbang dalam proses belajar mengajar.
Dalam kelas akselerasi seakan nilai kognitifnya saja yang menonjol. Sebenarnya tidaklah demikian, ketiga aspek Bloom diatas (kognitif, Afektif, dan Psikomotoriknya) juga tergarap, semuanya di drill kan pada anak. Kalaupun benar sekolah akselerasi hanya di tataran kognitif saja, maka tugas kitalah sebagai penyempurna yaitu dengan mem-plot pendidikan akhlaqul karimah dan live sklills sebagai integralistik afektif dan psikomotornya. Inilah yang penulis katakan sebagai fokus orientasi pada sisi positifnya dan sisi negatifnya kita tutup dengan memberikan aspek tambahan lainnya yang dinilai kurang. Dengan bahasa singkat penulis menawarkan 2 solusi :
1. kelas akselerasi adalah siswa pilihan dengan kecerdasan potensial masing-masing bidangnya yang ditentukan dengan ukuran tertentu.
2. Perlu adanya kerja keras untuk mengajar aspek afektif dan psikomotornya sebagai penyeimbang kognitif anak.
Bukankah Nabi Muhammad SAW sendiri diutus untuk menyempurnakan aspek afektif manusia “sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq”. Oleh karena itu, akselerasi pendidikan, siapa takut….

• Penulis adalah Dai dan Perawat-Akupunturis, penulis buku “Panduan Lengkap seks Islami ditinjau dari Segi Al-Qur’an, hadis dan Medis”, alumni IMM, seorang guru SMK Muhammadiyah dan dosen bantu di FIKES UNMUH Jember.

0 komentar:

Posting Komentar