curhat

AMANDEMEN AL-QUR'AN


PENUGASAN TERSTRUKTUR


Mata Kuliah : Studi Al-Qur’an.
Dosen pembina : Dr. H Aminullah El Hady; M.Ag.
Sub Tema : Nasakh dan Manuskh Ayat-Ayat Al-Qur’an.
Disusun Oleh : Idris Mahmudi, Amd.Kep; S.Pd.I.
Email : idris_mahmudi@yahoo.co.id



PASCA SARJANA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER

TAHUN 2011 / 2012


Prolog
Sesuatu yang tidak bisa dipungkiri lagi, bahwa keberadaan al-Quran bukan hanya sebagai kitab keagamaan, sejarah atau budaya saja, selain sebagai mukjizat Islam ia juga memiliki kedudukan primer, sakaligus sentral bagi inspirator tasyri' samawi dalam menata kehidupan, pemikiran dan kebudayaan umat islam tentunya, mukjizatnya selalu di perkuat oleh modernisasi, semakin maju ilmu pengetahuan, maka akan semakin tampak pula validitas kemu'jizatannya. Al-Quran juga sebagai syari'at samawi yang diturunkan pada rasul-Nya untuk memperbaiki umat dibidang akidah, ibadah dan muamalah.
Terkait hukum Tasyri’ inilah muncul kontroversi. Apa yang cocok untuk satu kaum pada suatu masa mungkin tidak cocok lagi pada masa yang lain. Disamping itu perjalanan dakwah pada taraf pertumbuhan dan pembentukan tidak sama dengan perjalanannya sesudah memasuki era perkembangan dan pembangunan. Demikian juga hikmah tasyri' pada suatu periode akan berbeda dengan hikmah tasyri' pada periode yang lain. Tetapi tidak di ragukan lagi bahwa pembuat syariat (Musyarri'), yaitu Allah, rahmat dan ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, dan otoritas memerintah dan melarang hanya milik-Nya.
Oleh karena itu, wajarlah jika Allah menghapuskan suatu tasyri' dengan tasyri' lain untuk menjaga kepentingan para hamba berdasarkan pengetahuan-Nya yang azali tentang yang pertama dan yang terkemudian.
Definisi
Secara Lughowi Nasakh berarti Penghapusan, Pengalihan, dan pemindahan. (As-Suyuthi, 2007 : 85). Kata an-naskhu ( النسخ) berasal dari naskhul-kitaab ( نسخ الكتاب ), yaitu menukil dari suatu naskah ke naskah lainnya ( وهو نقله من نسخة إلى أخرى غيرها ). Demikian halnya naskhul-hukmi ( نسخ الحكم ), berarti penukilan dan pemindahan redaksi ke redaksi yang lain, baik yang dinasakh itu hukum mapun tulisannya, karena keduanya tetap saja berkedudukan mansukh (dinasakh).
Sedangkan menurut istilah, nasakh adalah “pengangkatan yang dilakukan oleh Penetap Syari’at terhadap suatu hukum yang datang terdahulu dengan hukum yang datang kemudian”. Sedang mansukh adalah yang dihapus, secara istilah bacaaan atau ayat Al-Qur’an atau suatu hukum terdahulu yang dihapus. Di dalam Al-Quran, kata nasakh dalam berbagai bentuknya, ditemukan sebanyak empat kali, yaitu dalam QS 2:106, 7:154, 22:52, dan 45:29.
Para ulama mutaqaddimin (abad I hingga abad III H) memperluas arti nasakh sehingga mencakup:
(a) pembatalan hukum yang ditetapkan terdahulu oleh hukum yang ditetapkan kemudian (menasakh-mansukh);
(b) pengecualian hukum yang bersifat umum oleh hukum yang bersifat khusus yang datang kemudian (men-takhsish);
(c) penjelasan yang datang kemudian terhadap hukum yang bersifat samar (Al-Munsa' / penundaan);
(d) penetapan syarat terhadap hukum terdahulu yang belum bersyarat.(As-Suyuthi, 2007 : 88).
Tentang adanya ayat Al-Qur’an atau hukum syaria’at dari Al-Qur’an yang Nasakh dan Mansukh terjadi kontroversial. Ada yang berpendapat terjadi Nasakh dan Mansukh, juga ada yang berpendapat tidak ada Nasakh-Mansukh. Misalnya, Seorang mufassir, Abu Muslim Al-Asbahani mengatakan : “Tidak ada nasakh dalam Al-Qur’an”. Pendapat Abu Muslim itu sangat lemah dan patut ditolak. Penulis sendiri dalam makalah ini secara Dzonni berkeyakinan Nasakh-Mansukh dalam ayat dan hukum Al-Qur’an itu memang ada sebagaimana Nasakh-Mansukh dalam Hadis Nabi SAW.
Pembahasan
مَا نَنسَخْ مِنْ آيَةٍ أَوْ نُنسِهَا نَأْتِ بِخَيْرٍ مّنْهَا أَوْ مِثْلِهَا أَلَمْ تَعْلَمْ أَنّ اللّهَ عَلَىَ كُلّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
”Ayat mana saja yang Kami nasakh-kan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau sebanding dengannya. Tidakkah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” (QS. Al-Baqaraha : 106).
Mengenai firman Allah { مَا نَنسَخْ مِنْ آيَةٍ} “Ayat mana saja yang Kami nasakh-kan”, Ibnu Abi Thalhah meriwayatkan, dari Ibnu ‘Abbas رضي الله عنهما , ia mengatakan : Artinya : ما نبدل من آية = “yang Kami (Allah) gantikan”.
Masih mengenai ayat yang sama, dari Mujahid, Ibnu Juraij meriwayatkan { مَا نَنسَخْ مِنْ آيَةٍ} ”Ayat mana saja yang Kami nasakh-kan”, maksudnya adalah ما نمحو من آية = “ayat mana saja yang Kami (Allah) hapuskan”.
Ibnu Abi Nujaih meriwayatkan dari Mujahid, bahwa ia menuturkan : { مَا نَنسَخْ مِنْ آيَةٍ} ”Ayat mana saja yang Kami nasakh-kan”, artinya : نثبت خطها ونبدل حكمها = “Kami (Allah) biarkan tulisannya, tetapi Kami ubah hukumnya”. Hal itu diriwayatkan dari beberapa shahabat Abdullah bin Mas’ud رضي الله عنه.
Mengenai bacaan au nunsihaa { أو ننسها}, ‘Abdur-razzaq meriwayatkan dari Ma’mar, dari Qatadah mengenai firman-Nya : { مَا نَنسَخْ مِنْ آيَةٍ أَوْ نُنسِهَا}, ia mengatakan :
كان الله عز وجل: ينسي نبيه صلى الله عليه وسلم ما يشاء, وينسخ ما يشاء
“Allah subhanaahu wata’ala menjadikan Nabi-Nya, Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam lupa dan menasakh ayat sesuai dengan kehendak-Nya”.

Salah satu ayat yang dinasakh atau mungkin Allah sengaja menjadikan lupa pada nabi Muhammad serta para sahabat adalah :
الشيخ والشيخة إذا زنيا فارجموهما البتة
“Orang yang sudah tua, baik laki-laki maupun perempuan yang berzina, maka rajamlah keduanya”.

Juga firman-Nya :
لو كان لابن آدم واديان من ذهب لابتغى لهما ثالثا
”Seandainya Ibnu Adam mempunyai dua lembah emas, niscaya mereka akan mencari lembah yang ketiga”.

Dalam masalah nasakh, para ulama terbagi atas empat golongan :
1. Orang Yahudi. Mereka tidak mengakui adanya nasakh, karena menurutnya nasakh mengandung konsep al-badâ', yakni nampak jelas setelah kabur (tidak jelas).
2. Orang Syiah Râfidah. Mereka sangat berlebihan dalam menetapkan nasakh dan meluaskannya, dengan memandang konsep al-badâ' sebagai sesuatu hal yang mungkin terjadi bagi Allah. Dengan demikian, maka posisi mereka sangat kontradiksi dengan orang yahudi. Untuk mendukung pendapatnya itu mereka mengajukan argumentasi dengan ucapan-ucapan yang mereka nisbahkan kepada Ali r.a. secara dusta dan palsu. Dan juga dengan firman Allah:يمح الله ما يشاء ويثبت (الرعد : 39 "Allah menghapuskan apa yang Ia kehendaki dan menetapkan (apa yang ia kehendaki)". (al-Ra'd:13) , oleh mereka diartikan “Allah siap untuk menghapuskan dan menetapkan”.
3. Abu Muslim al-Asfihani. Menurutnya, secara logika nasakh memang dapat saja terjadi, tetapi tidak mungkin terjadi menurut syara'. Dikatakan pula bahwa ia menolak sepenuhnya terjadi nasakh dalam Quran untuk menghindari distorsi pemahaman mengenai kemurnian al-Quran, maka makna nasikh perlu ditinjau ulang. Dia memberikan definisi, bahwa nasikh-mansukh tiada lain hanyalah persoalan “am dan khas”, atau bisa diartikan sebagai proses meng ”update” pemaknanaan, sehinga sebenarnya tidak ada yang hilang komponennya, yang ada hanyalah peningkatan (upgrade) atau kualitas makna.
4. Jumhur ulama. Mereka berpendapat, nasakh adalah sesuatu hal yang dapat diterima akal dan juga terjadi dalam hukum-hukum syara', berdasarkan dalil-dalil yang ada.
Pemaparan singkat diatas menunjukkan bahwa masalah kontradiksi nasakh-mansukh belum juga terselesaikan.
Dengan demikian kita cenderung memahami pengertian nasakh dengan “pergantian atau pemindahan dari satu wadah ke wadah yang lain” (lihat pengertian etimologis kata nasakh). Dalam arti bahwa kesemua ayat al-Quran tetap berlaku, tidak ada kontradiksi (Ta’arudl), yang ada hanya pergantian hukum bagi masyarakat atau orang tertentu karena kondisi yang berbeda. Dengan demikian ayat hukum yang tidak berlaku lagi baginya, tetap dapat berlaku bagi orang-orang lain yang kondisinya sama dengan kondisi mereka semula.
Nasakh terbagi atas empat bagian :
Pertama, nasakh Quran dengan Quran, bagian ini di sepakati kebolehannya dan telah terjadi dalam pandangan mereka yang mengatakan adanya nasakh, seperti ayat yang menjelaskan tentang iddah empat bulan sepuluh hari.
Kedua, nasakh Quran dengan Sunnah, dan nasakh ini juga terbagi atas dua macam :
1. Nasakh Quran dengan hadis âhâd. Ulama jumhur berpendapat, Quran tidak boleh di nasakh oleh hadist ahad, sebab Quran adalah mutawâtir dan menunjukkan yakin, sedang hadits ahad zannî bersifat dugaan, di samping tidak sah pula menghapuskan sesuatu yang ma'lum (jelas di ketahui) dengan yang maznûn (di duga).
2. Nasakh Quran dengan hadis mutawatir. Nasakh demikian di bolehkan oleh Imam Malik, Abu Hanifah dan Ahmad dalam satu riwayat, sebab masing-masing keduanya adalah wahyu.
Ketiga, nasakh Sunnah dengan Quran, seperti yang di sepakati oleh jumhur ulama. Sebagai contoh yaitu tentang masalah menghadap ke Baitul Maqdis yang di tetapkan dengan sunnah, seruan puasa pada hari 'Asyura, yang keduanya ini di tetapkan berdasarkan sunnah dan dinasakh oleh Quran.
Keempat, nasakh Sunnah dengan Sunnah. Dalam kategori ini terdapat empat bentuk:
(a) nasakh mutawatir dengan mutawatir;
(b) nasakh âhâd dengan âhâd;
(c) nasakh âhâd dengan mutawatir;
(d) nasakh mutawatir dengan âhâd.
Tiga bentuk pertama di bolehkan, sedangkan pada bentuk ke empat terjadi silang pendapat seperti halnya nasakh Quran dengan hadits ahad yang tidak di perbolehkan oleh jumhur ulama.
Dari sisi lain, sebagian ulama membagi nasakh menjadi tiga bagian:
a. Nasakh tentang seruan sebelum terlaksanakan, dan bagian ini termasuk arti sebenanrnya tentang nasakh, seperti perintah Allah kepada Nabi Ibrahim a.s. menyembelih anaknya. Dan juga seperti firman Allah:
اذا ناجيتم الرسول فقدموابين يدي نجواكم صدقة.(المجادلة : 12)
kemudian di nasakh dengan ayat: أأشفقتم ان تقدموابين يدي نجواكم صدقات. (المجادلة : 13 )
b. Nasakh tajawwuz, "syariat yang telah di wajibkan pada umat terdahulu", seperti kewajiban qishas, dan diyat, begitu juga seruan pada perkara yang bersifat umum, yang kemudian di nasakh, seperti nasakh perintah menghadap Baitil Maqdis dengan perintah menghadap Ka'bah, dan seperti nasakh puasa 'Asyura dengan puasa Ramadhan.
c. Seruan karena ada sebab yang kemudian sebab itu hilang. Seperti perintah sabar dan berpaling dari peperangan, yang kemudian di nasakh dengan seruan perang.(As-Suyuthi, 2007 : 87-88).
Nasakh dalam al-Quran ada tiga macam:
Pertama, nasakh tilâwah dan hukum. Maka karena itu tidak boleh membaca dan mengamalkannya, karena telah dinaskh secara keseluruhan, seperti ayat penyebab
muhrim dengan sepuluh susuan.
Kedua, nasakh tilawah, sedang hukumnya tetap. Untuk kedua macam nasakh ini keberadaannya sangat sedikit, karena Allah menurunkan al-Quran agar manusia mendapat pahala dengan membacanya dan hukum-hukumnya.
Ketiga, nasakh hukum, sedang bacaannya masih.
Pada hakikatnya tidak ada perselisihan pendapat dikalangan para ulama tentang dapatnya diadakan perubahan-perubahan hukum, tetapi yang mereka maksudkan dan yang disepakati itu adalah perubahan-perubahan hukum yang dihasilkan oleh ijtihad mereka sendiri atau perubahan-perubahan yang dilakukan oleh Tuhan bagi mereka yang berpendapat adanya nasakh dalam al-Quran. (As-Suyuthi, 2007 : 89-90).
Hikmah Nasakh-Mansukh
1. Memelihara kepentingan hamba.
2. Perkembangan tasyri' menuju tingkat sempurna sesuai dengan perkembangan kondisi umat manusia.
3. Cobaan dan ujian bagi orang mukallaf untuk mengikutinya atau tidak.
4. Menghendaki kebaikan dan kemudahan bagi umat. Sebab jika nasakh itu beralih ke hal yang lebih ringan maka ia mengandung kemudahan dan keringanan.
Al-Maraghi menjelaskan hikmah adanya nasakh dengan menyatakan bahwa: "Hukum-hukum tidak diundangkan kecuali untuk kemaslahatan manusia dan hal ini berubah atau berbeda akibat perbedaan waktu dan tempat, sehingga apabila ada satu hukum yang diundangkan pada suatu waktu karena adanya kebutuhan yang mendesak (ketika itu) kemudian kebutuhan tersebut berakhir, maka merupakan suatu tindakan bijaksana apabila ia di-naskh (dibatalkan) dan diganti dengan hukum yang sesuai dengan waktu, sehingga dengan demikian ia menjadi lebih baik dari hukum semula atau sama dari segi manfaatnya untuk hamba-hamba Allah.
Lebih jauh dikatakannya bahwa hal ini sama dengan obat-obat yang diberikan kepada pasien. Para nabi dalam hal ini berfungsi sebagai dokter, dan hukum-hukum yang diubahnya sama dengan obat-obat yang diberikan oleh dokter.
Ada dua butir yang harus digaris bawahi dari pernyataan Al-Maraghi di atas. Pertama, mempersamakan nabi sebagai dokter dan hukum-hukum sebagai obat memberikan kesan bahwa nabi dapat mengubah atau mengganti hukum-hukum tersebut, sebagaimana dokter mengganti obat-obatnya. Kedua, mempersamakan hukum yang ditetapkan dengan obat tentunya tidak mengharuskan dibuangnya obat-obat tersebut, walaupun telah tidak sesuai dengan pasien tertentu, karena mungkin masih ada pasien lain yang membutuhkannya.
Epilog
Nasikh adalah perbuatan Allah yang Maha Bijaksana lagi Mengetahui, Dia memerintahkan dan melarang hamba-Nya apa yang dikehendaki-Nya, tidak berarti Dia sewenang-wenang dan menganiaya, akan tetapi semua hukum dan perbuatan-Nya penuh dengan hikmah dan pengetahuan, terkadang dapat dideteksi oleh rasio dan kadang pula tersembunyi di balik tirai alam ghaib untuk menguji loyalitas seorang hamba. Walaupun terjadi perbedaan pendapat di atas, namun secara umum dapat dikatakan bahwa mereka semua bersepakat menyatakan bahwa yang dapat me-nasakh al-Quran hanyalah wahyu-wahyu Ilahi yang bersifat mutawatir (diyakini kebenaran nisbahnya kepada Nabi Muhammad saw).

DAFTAR PUSTAKA
As-Suyuthi, Jalaludin. Al-Itqon Fi Ulumil Qur’an, PT Bina Ilmu, 2007. Surabaya.
Ma’rifat, Hadi. Sejarah Al-Qur’an, Al-Huda, 2007. Jakarta.
Mahmud, Mani’ Abdul halim. Metodologi Tafsir-Kajian Komprehensif Metode Para Ahli Tafsir, PT Raja Grafindo Persada, 2006. Jakarta.
Quthan, Mana’ul. Pembahasan Ilmu Al-Qur’an, PT Rineka Cipta, 1998. Jakarta.
http://fas-mesir.blogspot.com/2009/03/dinamika-otentitas-nasikh-mansukh-dalam.html
http://www.uinsuska.info/ushuluddin/attachments/074_1.%20SEJARAH%20PERKEMBANGAN%20TAFSIR%20TEMATIK.pdf
http://rumahislam.com/adab-syariah/syari/49-panduan-hukum-islam/383-pengertian-nasikh-dan-mansukh.html
http://media.isnet.org/islam/Paramadina/Konteks/NasikhMansukh2.html

ARTIKEL ILMU QUR'AN

PENUGASAN TERSTRUKTUR


Mata Kuliah : Pendekatan Dalam pengkajian Pendidikan Islam
Dosen pembina : Dr. Syamsun Ni’am; M.Ag.
Sub Tema : Materi Pendidikan Islam Dalam Perspektif Al-Qur’an dan hadis.
Disusun Oleh : Idris Mahmudi, Amd.Kep; S.Pd.I.
Email : idris_mahmudi@yahoo.co.id



PASCA SARJANA
JURUSAN : PENDIDIKAN ISLAM
KONSENTRASI : PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
TAHUN 2011 / 2012
A. Pendahuluan.
Pendidikan islam sangatlah mulia dan memanusiakan manusia. Hal ini karena pendidikan islam disandarkan dengan kata islam yang dikenal dengan suatu agama yang damai, sejahtera dan menyelamatkan. Islam dalam teorinya dikatakan sebagai agama yang tinggi dan umatnya dalam hadis dikatakan sebagai umat unggulan, bahkan dalam Q.S. Ali Imron : 110, disebut sebagai umat terbaik. Namun mengapa islam, kualitas dan out-put pendidikan islam serta realitas umat islam terpuruk ? jauh tertinggal dengan umat lain yang non-islam (Arsalan, 1990), bahkan dengan komunitas atheis pun umat islam dan pendidikan islam tertinggal. Fakta yang lebih parah, di sekolah-sekolah/institusi formal, Pelajaran agama dan juga guru agama dianggap sebagai tambahan. Ilmu agama oleh sementara orang diberikan hanya karena melaksanakan peraturan, undang-undang, atau kewajiban. Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan hadits belum dianggap sebagai sesuatu yang bersifat pokok, inti, amat penting dan karena itu harus dipelajari. Belum ada anggapan bahwa tanpa mempelajari al-Qur’an dan hadits maka seseorang tidak akan mendapatkan kebahagiaan baik di dunia dan di akhirat. Islam hanya dipandang sebagai sesuatu ajaran untuk akhirat. Padahal sebenarnya tidak begitu. Islam adalah ajaran untuk kepentingan akhirat dan sekaligus di dunia ini.
Selain itu, juga banyak dikeluhkan bahwa pendidikan Islam baru dipahami sebatas sebagai bekal untuk meraih keuntungan di akhirat. Belum lagi masih terjadi dikotomik antara ilmu umum dan juga ilmu agama. Belajar agama dipahami sebagai bekal untuk mendapatkan keutungan akhirat, sedangkan belajar ilmu umum dijadikan bekal untuk meraih keuntungan duniawi. Cara pandang seperti ini, masih memerlukan koreksi yang mendasar. Seolah-olah urusan akhirat dibedakan dari urusan duniawi. Padahal bukankah sebenarnya, urusan dunia tidak bisa dipisah dari urusan akhirat. Menurut ajaran yang terkandung baik dalam al-Qur’an dan hadits nabi, kedua-duanya harus diraih secara bersamaan, yaitu dengan cara memadukan agama dan sains/ilmu pengetahuan.
Kerugian lainnya dengan cara pandang seperti di muka menjadikan umat Islam di mana-mana tertinggal dari umat lainnya, baik terkait dengan ilmu pengetahuan, ekonomi, politik, sosial, bahkan juga teknologi dari umat lainnya. Negara-negara Islam pada umumnya keadaannya tertinggal dari negara yang mayoritas penduduknya non muslim. Seolah-olah umat Islam hanya sibuk mempersiapkan kehidupan akhirat. Padahal bukankah sebenarnya, Islam mengajarkan agar umatnya meraih dua keuntungan sekaligus, yaitu keutungan duniawi dan juga ukhrowi.(lihat Q.S. Al-Qoshosh : 77).
Sebagai akibat dari cara pandang tentang Islam seperti itu pula, maka komunitas Islam belum meraih keunggulan, hingga berhasil menunaikan misinya, yaitu sebagai khalifah. Alih-alih menjadi khalifah, sebatas berhasil mengejar ketertinggalan dari sebagian umat lain saja, sudah mengalami kesulitan. Sehingga apa yang dikatakan bahwa Islam itu unggul, ternyata pada kenyataannya masih jauh panggang dari api. Umat Islam masih menjadi bulan-bulanan bagi umat lainnya. Secara ekonomi, sosial, politik, dan apalagi ilmu pengetahuan dan teknologi, umat Islam belum menjadi pemimpin, dan bahkan sebatas mengikuti di belakang saja seringkali masih tertinggal jauh.
Kemajuan umat Islam dalam sejarahnya diraih tatkala tidak mendikotomikan ilmu pengetahuan. Pengetahuan agama dan umum dilihat sebagai satu kesatuan. Al-Qur’an sendiri mengajarkannya demikian. Islam tidak cukup didekati dari perspektif syari’ah, ushuluddin, dakwah, adab dan tarbiyah. Maka ilmu tersebut harus disempurnakan dengan ilmu alam, sosial, dan humaniora. Demikian pula, pelajaran agama Islam tidak mencukupi jika hanya diperkenalkan melalui pelajaran tauhid, fiqh, akhlak, dan sejarah. Jelas bahwa Islam tidak sebatas menyangkut agama, atau ajaran ritual, tetapi juga peradaban secara luas. Islam dalam sejarahnya pernah meraih peradaban unggul, yaitu zaman Bani Abasiyah di Baghdad dan Bani Ummayah di Andalusia (Spanyol), tatkala Islam dilihat secara utuh.
B. Pembahasan.
Makna Pendidikan Islam.
Beberapa pakar pendidikan Islam memberikan rumusan pendidikan Islam, diantaranya Yusuf Qardhawi, mengatakan pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan ketrampilannya. Karena pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup, baik dalam keadaan aman maupun perang, dan menyiapkan untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya.
Hasan Langgulung mendefinisikan pendidikan Islam adalah proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.
Sedangkan Endang Syaifuddin Anshari memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai proses bimbingan (pimpinan, tuntunan, usulan) oleh subyek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, intuisi) dan raga obyek didik dengan bahan-bahan materi tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai dengan ajaran Islam.
Materi Pendidikan Islam Berdasar Al-Qur’an dan Hadis.
Dalam konteks pendidikan islam yang universal selain ilmu yang terkait dengan ketauhidan dan peribadatan, ada jenis ilmu yang seharusnya dikaji oleh umat Islam yaitu, ilmu-ilmu tentang jagad raya ini yang bisa diobservasi, yaitu ilmu alam, ilmu sosial, dan humaniora. Ilmu-ilmu alam terdiri atas fisika, biologi, kimia dan matematika. Ilmu sosial meliputi ilmu sosiologi, psikologi, sejarah dan antropologi. Sedangkan humaniora adalah filsafat, bahasa dan satra dan seni.
Filosof-filosof Islam sepakat bahwa pendidikan akhlaq adalah jiwa dari materi pendidikan islam. Sebab tujuan pertama dan termulia pendidikan islam adalah menghaluskan akhlaq dan mendidik jiwa. (Langgulung, 2008 : 113). Materi pendidikan harus mengacu kepada tujuan, bukan sebaliknya tujuan mengarah pada suatu materi, oleh karenanya materi pendidikan tidak boleh berdiri sendiri terlepas dari kontrol tujuannya.(Abdullah, 2007 : 159).
Klasifikasi materi pendidikan islam adalah :
1. Pengajaran tradisional (materi pengajaran agama).
2. Bidang ilmu pengetahuan, yang meliputi Sosiologi, Psikologi, sejarah dan lain-lain. Dalam pandangan Al-Faruqi disebut “Ummatic Sciences” atau terminology Qur’an disebut “Al-Ulumul Insaniyyah”.
3. Sub bidang ilmu pengetahuan alam, dikenal dengan “Al-Ulumul Kauniyyah” yang meliputi astronomi, biologi, botani dan lain-lain. (Abdullah, 2007 : 161-162).
Mereka semua ( Al-Kindi, Al-Farobi, Ibnu sina, Al-Ghozali, Nashirudin al-Thusi, Mulla Sadra) sepakat membagi ilmu-ilmu filosofis ke dalam ilmu-ilmu teoritis (nadzoriyyat) dan ilmu-ilmu praktis (amaliyyat). Kemudian ilmu-ilmu teoritis dibagi lagi ke dalam kelompok besar : ilmu metafisika, matematika, dan ilmu-ilmu alam. (Ma’arif, 2007 : 25). Penggolongan dalam 2 kelompok materi ilmu oleh para filosof muslim diatas sebenarnya mengadopsi dari filosof sebelumnya yaitu Aristoteles, sehingga klasifikasi materi pendidikan islam itu bermadzhab Aristotelian, tentunya sesudah islamisasi science sesuai dengan kaidah syariah dan kultur masyarakat muslim saat itu. Al-Farobi misalnya, membuat perubahan sedikit, sedang Ibnu Sina lebih banyak. Al-Ghozali bukan hanya mengadakan perubahan, tapi membentuk pengelompokan yang sama sekali lain dari klasifikasi Aristoteles, terutama klasifikasi yang dibuatnya setelah mengalami krisis dan memilih jalan tasawuf. (Langgulung, 2008 : 347).
Secara umum, sistematika dan materi dalam kurikulum pendidikan islam harus meliputi ilmu-ilmu bahasa dan agama, ilmu-ilmu kealaman (natural) serta derivatnya yang membantu ilmu pokoknya seperti : sejarah, geografi, sastera, syair, nahwu, balaghoh, filsafat dan logika. Materi / mata pelajaran untuk tingkat rendah adalah Al-qur’an dan agama, membaca, menulis dan syair. Dalam beberapa kasus lain ditambahkan nahwu, cerita dan berenang (unsur materi jasmaniah), namun titik tekannya pada membaca Al-Qur’an dan mengajarkan prinsip-prinsip pokok agama. Khusus materi tingkat dasar bagi peserta didik dari anak para amir / penguasa agak berbeda sedikit, yaitu ditegaskan pentingnya pengajran khitobah, ilmu sejarah, cerita epic (perang), cara-cara pergaulan, disamping ilmu-ilmu pokok seperti Al-qur’an, syair dan fiqih. (Langgulung, 2008 : 114).
Universalitas materi/kontent pendidikan islam tergambar jelas pada Firman Allah yang pertama kali turun (Q.S. Al-Alaq : 1-5) :
“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. ...”
Pertanyaannya adalah membaca apa dan apa yang perlu dibaca ?
Hadis nabi yang mashur juga menyatakan :
“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim baik pria maupun wanita”.
Pertanyaannya adalah ilmu apa yang perlu dicari ? tentunya keumuman ayat dan hadis diatas menunjukkan bahwa semuanya harus dibaca dan semua ilmu harus dicari serta dikuasai. Inilah sebenarnya area, materi dan kontent dalam pendidikan islam yang sesuai dengan Al-Qur’an dan hadis. Tidak ada dikotomi ilmu dalam pendidikan islam, semisal ilmu umum dengan ilmu agama, ilmu dunia maupun ilmu akhirat. Lebih jauh lagi terkait dengan ilmu dan agama, sungguh luar biasa ungkapan Einstein seorang fisikawan modern yang secara normatif non-islam tapi dengan lantang berkata : ”Religion without science is lame, but science without religion is blind” (agama tanpa ilmu adalah pincang, tapi ilmu tanpa agama adalah buta). (Ma’arif, 2007 : 33). Dari sini, penulis merasa kurang sepakat dengan pembagian materi pendidkan islam dalam kitab Ta’limul Muta’alim yang sangat familier di kalangan pesatren tradisional yang kutipannya :
“Ilmu hakikatnya hanya ada 2, ilmu fiqih untuk kesempurnaan agama dan ilmu kedokteran untuk kesehatan jasmani/badan. Selain keduanya hanyalah hampa dan dinilai sebagai omong kosong belaka”.(Az-Zarmuji : 9).
Tanpa mengurangi rasa takdzim pada penulis kitab tersebut, namun menurut hemat penulis materi pendidikan islam sangatlah luas dan universal. Hal ini juga nampak jelas dalam Q.S. Al-Haqqoh : 38-39 :
“Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat dan terhadap apa yang kamu tidak melihatnya”.
Dari ayat diatas objek pendidikan islam lebih luas lagi jangkauannya. Bukan hanya yang materi tapi juga yang immateri, mencakup wilayah fisik maupun metafisik.
Semua jenis ilmu itu mestinya dipelajari oleh umat Islam dalam arah baru pendidikan islam secara mendalam sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Ilmu tersebut dipelajari untuk mengantarkannya pada ketauhidan dan kesempurnaan ibadah. Setelah mempelajari fisika, biologi, psikologi, sejarah dan lain-lain, seseorang akan mengakui dan menyebut atas kebesaran dan ke-Maha Suci-an Allah swt., dengan bertasbih, bertahmid dan bertahlil. (lihat Q.S. Ali Imron : 190-191).
Dalam konsep Islam ilmu pengetahuan hanya satu, yaitu semuanya sama dari Allah dan menuju ke Allah. Untuk kepentingan pendidikan, pengetahuan yang menyatu itu harus diklasifikasikan. Klasifikasi pengetahuan itu ialah pengetahuan yang diwahyukan (Naqli / bersifat agamis) dan pengetahuan yang diperoleh (Aqliyyun / ilmu keduniaan umum). Sedangkan klasifikasi yang ditawarkan oleh konfrensi pendidikan di King Abdul Aziz adalah Perrenial Knowledge dan Acquired Knowledge. Sebagaimana kutipan berikut :
“Planning of education to be bassed on the classification of knowledge into two categories : a. “Perennial” knowledge derived from the Qur’an and Sunnah meaning all shari’ah oriented knowledge relevant and releted to them, and b. “Acquired” knowledge susceptible to quantitative growth and multiaplication, limited variations and cross cultural borrowing as long as consistency with shari’ah as the sources of values is maintened”.
Secara lengkap pengklasifikasian hasil konfrensi itu ialah:
Kelompok I.
1. Al-Qur’an : meliputi qiraah, hafalan, tafsir, sunnah, shirah (nabi, sahabat dan tabi’in) tauhid, ushul fiqh dan bahasa al-Qur’an.
2. Pengetahuan pembantu : meliputi metafisika Islam, perbandiangan agama dan kebudayaan Islam.
Kelompok II:
1. Pengantar imajinatif : meliputi arsitektur Islam dan bahasa-bahasa.
2. Pengetahuan intelektual : meliputi pengetahuan sosial yang mencakup kesusastraan, filsafat politik, pendidikan, ekonomi, geogarafi, sosiologi, linguistik, psikologi dan antropologi.
3. Pengetahuan terapan (Applied sciences) : meliputi rekayasa dan teknologi, kedokteran, pertanian dan kehutanan.
4. Pengetahuan praktis : meliputi perdagangan, administrasi, perpustakaan dan komunikasi.
Hasil rekomendasi Konferensi pendidikan islam sedunia di Jeddah pada 31 Maret – 8 April 1977 diatas juga telah merumuskan konsep umum dan menyeluruh tentang pendidikan islam dengan mengintegrasikan nilai-nilai dan ideologi islam ke dalam teori-teori ilmu sosial, kemanusiaan, filsafat, sosiologi dan kebijaksanaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tapi rekomendasi konferensi itu sampai saat ini belum terlaksana. (Ma’arif, 2007 : 47).
Dikotomi Pendidikan Islam
Seminar pendidikan islam Internasional di Nigeria tahun 1977 telah menolak adanya sekularisasi dalam pendidikan islam. (Abdullah, 2007 : 165). Tentang dikotomisasi pendidikan, Sayyed Hossein Nasr (1976 : 13) juga menyatakan, “dalam Islam tidak dikenal pemisahan esensial antara ilmu agama dengan ilmu profane”. (Ma’arif, 2007 : 25).
Diantara faktor keruntuhan peradaban islam (The golden age of islam) adalah adanya dikotomisasi terhadap ilmu pengetahuan, artinya di kalangan umat islam terjadi pembedaan yang sangat tajam antara sains-sains agama (Ulumul Syari’ah) atau sains-sains tradisional (Ulumun Naqliyyah) dan sains-sains rasional atau sekuler (Ulumul Aqliyyah atau ghoirul syari’ah). Meminjam istilah Abdurrahman Mas’ud dalam pengantarnya untuk karya Syamsul Ma’arif dikotomi itu adalah Islamic knowledge dan non-islamic knowledge.(Ma’arif, 2007 : 27&viii). Ibnu Kholdun juga membagi materi ilmu dalam 2 kelompok, yaitu ilmu naqli (wahyu) dan ilmu aqli (akal) yang masing-masing dibagi pada beberapa cabang ilmu pengetahuan. (Langgulung, 2008 : 347). Singkatnya, meminjam bahasanya Amin Abdullah (2003 : 3), “ilmu tidak mempedulikan agama dan agama tidak mempedulikan ilmu”. (Ma’arif, 2007 : 14). Abdurrahman Mas’ud (1999 : 9) dalam salah satu penelitiannya menunjukkan, bahwa cara pandang yang dikotomik tersebut pada akhirnya telah membawa kemunduran dalam dunia pendidikan islam. (Ma’arif, 2007 : 15). Dari situ pula kemudian muncul pembagian hukum ilmu, dimana fardlu ain untuk ilmu agama dan fardlu kifayah untuk ilmu umum. (Ma’arif, 2007 : 13). Pembagian hukum dan macam materi pendidikan / ilmu ini juga bisa dilihat dalam karya Hasan Langgulung. (Langgulung, 2008 : 113). Oleh karena itu Ali Asyrof dalam bukunya New horizon of Islamic education menyatakan, pendidikan jangan berbicara soal agama melulu, tapi juga membahas soal bagaimana kehidupan di dunia ini serta interaksi antar manusia. (Ma’arif, 2007 : 8). Dalam kata sederhana materi pendidikan islam komprehensif dan integralistik.
Abdurrahman Mas’ud dalam pengantarnya untuk karya Syamsul Ma’arif menyatakan, Dalam rangka revitalisasi pendidikan islam, kiblat umat islam bukanlah barat, tapi pendidikan islam harus disandarkan kepada telaah filosofis antropologis, yang menjadikan Al-qur’an, As-Sunnah, Ijma’ dan Qiyas sebagai dasarnya. (Ma’arif, 2007 : X).
Kedua jenis pengetahuan di atas pada dasaranya harus diintegrasikan sebab dalam Islam ilmu teori umum harus dipandang dari kaca mata Islam. Caranya, menurut Ahmad Tafsir, semua pengetahuan jenis kedua (yang diperoleh) harus diajarkan dengan menggunakan perspektif Islam. Itulah cara mengintegrasikan pengetahuan.
Studi Kasus Implementasi Pendidikan Islam di PT.
Pertama :
UIN Maliki Malang mewajibkan seluruh mahasiswanya pada tahun pertama mengikuti program ma’had Aly, dan sebagian juga tahun ke dua, bagi yang memerlukan. Selain itu, seluruh mahasiswa apapun jurusan yang diambil diwajibkan untuk belajar Bahasa Arab, selain Bahasa Inggris. Bahasa Arab diperlukan sebagai alat untuk memahami al-Qur’an dan Hadits Nabi secara mandiri. Kitab suci al-Qur’an dan hadits nabi, di UIN Maliki Malang diposisikan sebagai sumber ilmu, yakni sebagai ayat-ayat qauliyah untuk mendapatkan kebenaran. Selain itu, sivitas akademika dalam mengembangkan pengetahuan juga menggunakan ayat-ayat kauniyah, yakni hasil observasi eksperimentasi dan penalaran logis.
Kedua :
Materi misi Al-Islam (pendidikan agama islam) di semua fakultas UNMUH seluruh Indonesia dibuat berjenjang dan diwajibkan ke semua fakultas dalam 3 semester yaitu Al-islam 1, Al-islam 2 dan al-Islam 3 (pengkajian pendidikan islam sesuai jurusan/pendidikan islam interdisiplinary).
Dari 2 contoh implementasi diatas akan mengembalikan universalitas pendidikan islam dan lambat laun akan menghilangkan stigma dikotomi pendidikan.
C. Penutup.
Pendidikan islam harus merujuk pada semangat Al-Qur’an dan Hadis kembali (Arruju’ ilal qur’an was sunnah). Dengan begitu akan terlihat bahwa tidak ada dikotomi maupun sekularisasi lagi antara ilmu umum maupun ilmu agama. Materi dan kurikulum pendidikan islam sesuai konsep islam (Al-Qur’an dan Hadis) adalah integral dan komprehensif.









DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Abdurrahman Saleh. Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an, PT Rineka Cipta, 2007. Jakarta.
Az-zarmuji, Burhanudin. Syarah kitab Ta’limul Muta’alim.
Langgulung, Hasan. Asas-Asas Pendidikan Islam, Pustaka Al-Husna Baru, 2008. Jakarta.
Ma’arif, Syamsul. Revitalisasi Pendidikan Islam, Graha Ilmu, 2007. Yogyakarta.
Hand out dalam ceramah di UNMUH Purworejo Jawa Tengah pada Kamis 23 September 2010, diakses pada Jumat, 16 September 2011, 14.00.
Makalah Hujair AH. Sanaky, diakses pada Juni 2011.
Makalah Idris Mahmudi dalam partisipasi ACIS 2011 ke-11 di Bangka Belitung.
Terjemahan Syamilul Qur’an, Sygma Publishing, 2010. bandung.
http://zaldym.wordpress.com/2009/07/04/pemikiran-dan-perumusan-kurikulum-dan-materi-pendidikan-islam/
http://mghazakusairi.wordpress.com/2011/05/23/pendidikan-dalam-al-quran-hadits/

RENUNGAN DIRI


IKHLAS ITU MENYEHATKAN
Oleh :










Idris Mahmudi, Amd.Kep.S.Pd.I.*
Email : idris_mahmudi@yahoo.co.id
Blog : www.tata-h5idris.blogspot.com
HP : 081336385486

Saat 2004 penulis berkesempatan praktek klinik di RS Jiwa Menur Surabaya. Hari pertama mendapat pengalaman menarik, seorang pria sebutlah Sdr. W mengamuk dan mengomel dengan tangan diborgol di depan IGD RS Jiwa. Maklum dia pasien yang baru datang dengan kondisi yang masih akut. Diagnosa medis menyatakan dia mengalami Scizofrenia akut. 3 hari kemudian setelah agak reda amuknya, penulis berkesempatan menggali data langsung padanya. Ternyata dia berusia 24 tahun, anaknya orang kaya, bergelar S.E dan punya group band. Berdasar pengakuannya, sebelumnya dia dijanjikan akan tampil syoting, lagu dan groupnya akan direalise jadi album yang nantinya terkenal, hanya harus membayar 30 juta sebagai biaya produksi rekaman pihak studio. Akhir kata, ternyata Sdr. W ditipu, 30 juta dibawa lari dan ia tidak jadi rekaman. Kenyataan itu membuatnya tidak terima dan stres berat. Pihak keluarga ternyata membenarkan bahwa hal itulah yang secara mendadak menjadi pemicu stres Sdr. W setelah penulis cross cek hingga mengantarkannya opname di RS Jiwa.
Mengapa Sdr. W sakit jiwa ? Ternyata ketidak terimaannya ditipu dan digasaknya 30 juta miliknya membuatnya sakit jiwa. Seandainya saja dia menerima kenyataan dengan serela-relanya, niscaya mungkin kenyataan pun akan bicara lain.
Berdasarkan teori, ternyata rasa tidak terima, rasa tidak rela merupakan akar dari banyak penyakit baik penyakit fisik lebih-lebih penyakit psikis. Hal ini sangat nampak jika dikaji dari patofisiologi (baca : kronologis) proses stres saat mekanisme kehilangan ataupun saat pasca vonis suatu penyakit tertentu. Untuk bisa menerima kenyataan seseorang butuh proses yang panjang dan tingkat lamanya berbeda tiap individu tergantung pada ketahanan diri masing-masing. Menurut Kuber Loss, detik-detik stres / gangguan jiwa seseorang melewati 5 fase : 1. fase Denial (menolak kenyataan), contohnya jika pasien divonis terinfeksi HIV, maka pasien itu akan menolak dan menyalahkan dokternya, bahwa dokter telah salah diagnosa. Jangan heran, hal itu adalah wajar sebagai reaksi insidental. 2. fase Angry (marah-marah). Contohnya Sdr. W tadi yang begitu kehilangan uang 30 juta langsung emosi dan marah-marah. 3. fase Bargaining (tawar-menawar terhadap kenyataan yang menimpanya), contoh Sdr. W tadi dalam hati akan terjadi interaksi diri “iya sepertinya saya benar-benar ditipu, tapi tidak mungkin lah, dia berjanji untuk rekaman album kok”. Itulah ciri khas fase bargaining yang dalam dirinya masih terjadi pergolakan karena dalam proses dialog diri. 4. fase Depresi yang ditandai dengan menarik diri. Dalam fase ini seseorang lebih banyak diam tapi saat ditanya kasusnya tidak menjawab tiba-tiba muncul reaksi menangis atau mengamuk karena memori kasus itu begitu mendalam dan meresap. Di fase ke 4 inilah ujiannya begitu berat dan jika tidak segera melewatinya akan sakit kejiwaan yang lebih parah. 5. fase Acceptance (menerima), maksudnya menerima kenyataan yang terjadi pada dirinya dengan rela sepenuh hati. Acceptance ini jika dalam bahasa agama analog dengan ikhlas.
Saat benar-benar sampai pada fase ke-5 inilah akan sehat secara rohani maupun jasmani, karena dia sudah berhasil melewati proses stressor, bisa menerima dengan rela hati, bisa sampai pada dimensi ikhlas sejati. 5 fase diatas selalu akan dilewati oleh manusia dalam menghadapi problematika kehidupan ini secara berurutan. Jika adaptasinya cepat, maka ia akan segera sampai pada fase ke-5 dan itulah mekanisme coping adaptasi positif (baca : kondisi seimbang) yang mengantarkan kondisi sehat. Dari sini betapa terlihat bahwa acceptance / penerimaan / mengikhlaskan diri justru akan menyehatkan pribadi. Pertanyaannya, berapa banyak orang yang ikhlas ? berapa banyak orang yang cepat dalam melewati 5 fase itu untuk segera mencapai dimensi acceptance (ikhlas) ? Sdr. W adalah satu contoh kasus dalam kehidupan yang gagal meraih fase ikhlas. Ada banyak Sdr. W lain dalam perjalanan hidup ini, atau jangan-jangan kita juga termasuk dalam kasus Sdr. W itu.
Oleh karena itu Islam sangat menekankan nilai keikhlasan dan menempatkannya pada posisi yang tinggi dalam dimensi kualitas ibadah hamba. Bahkan apapun amal ibadah hamba menjadi tidak bernilai sama sekali jika keikhlasan diabaikan. Jadi sangat benar kitab Durrotun Nasihin saat berkata “ikhlas adalah ruh dari semua perbuatan”. Anjuran agar ikhlas itu bukanlah buat Tuhan, namun sebenarnya untuk kemaslahatan kita sendiri, untuk kesehatan kita sendiri. Namun sayang, sebuah kata yang amat sederhana (hanya terdiri dari 6 huruf), begitu mudah diucapkan namun amat sulit dipraktekkan.
Setiap kita tentu mempunyai problem. Setiap kita tentu juga memiliki masa lalu. Bukankah setiap problem yang mendera hidup kita membuat pergolakan batin dalam diri kita ? Hampir mayoritas kita tidak mampu berdamai dengan diri kita sendiri. Saat itulah hakikatnya kita sedang sakit. Manakala sudah bisa berdamai dengan diri, kita akan tenang, karena kita bisa menerima / ikhlas dengan kenyataan. itulah kesehatan sejati dan itulah ikhlas yang berhasil diraih. Seringkali kita sakit karena menolak kenyataan. Seringkali kita teringat masa lalu dan tidak memaafkan masa lalu sehingga kenyataan hari ini menjadi menyakitkan dan kehidupan dimasa depan begitu menakutkan. Oleh karena itu lisensinya adalah maafkanlah masa lalu, ikhlaskan kenyataan hari ini dan tawakalkan masa depan. Dengan demikian anda akan indah mengenang masa lalu, nikmat menjalani kenyataan sekarang dan optimis menyongsong masa depan.
Dalam pandangan patologi medis, ternyata salah satu penyebab seseorang mudah sakit adalah adanya stres karena saat stres imun tubuh (kekebalan) menurun. Disaat imun turun, yang sehat bisa jatuh sakit dan yang sakit sulit sembuh. Fakta laboratoris menunjukkan bahwa disaat orang stres hormon kortisolnya meningkat. Hal ini menjadi teori mapan dalam medis bahwa disaat hormon kortisol tinggi maka seseorang mengalami stres. Temuan spektakuler oleh Prof. Dr. Muhammad Sholeh dalam disertasi yang mengantarkan gelar doktornya dan telah diterbitkan menjadi buku “Terapi Sholat Tahajud” didapatkan bahwa responden yang tidak ikhlas / merasa berat dalam menjalankan perlakuan (sholat tahajud) didapatkan adanya kortisol yang tinggi. Sementara mereka yang ikhlas / rela menjalani perlakuan dalam ibadah justru kortisolnya turun sedang hormon endorphine-nya meningkat. Hormon endorphine menimbulkan efek relaksasi, efek nyaman, dan tenang. Dalam suasana yang rileks dan tenang imunitas (kekebalan) tubuh akan meningkat sehingga kesehatan menjadi prima. Fakta ilmiah membuktikan bahwa ikhlas itu meningkatkan hormon endorphine yang nantinya memicu peningkatan imunitas dan menurunkan kadar hormon kortisol. Subhanalloh, betapa ikhlas itu menyehatkan.
Erbe Sentanu bertahun-tahun berkeluarga namun belum dikaruniai keturunan. Hasil laboratorium membuatnya divonis mengalami Azospermia (tidak ada sperma dalam cairan spermanya). Secara medis dia divonis infertil (mandul). Infertil bisa kita artikan sakit dalam reproduksi. Terjadi pergolakan diri pasca vonis dokter itu. Ia segera berdamai dengan dirinya, mengikhlaskan kenyataan yang menimpanya dan mendekat pada Tuhan. Dalam suasana ikhlas itu terbitlah bukunya yang luar biasa “Quantum Ikhlas”, yang lebih mengagumkan lagi, beberapa bulan setelah itu ia cek laborat lagi dan didapatkan Oligozoospermatozoa (terdapat sperma namun dalam jumlah sedikit yang belum mampu untuk membuahi). Bulan berikutnya ia cek dan sperma dalam kuantitas dan kualitas yang normal sehingga akhirnya dia dikarunia keturunan, bahkan 4 keturunan tanpa rekayasa. Keikhlasan Erbe Sentanu mengubah vonis medis dari infertil menjadi sangat fertil. Keikhlasannya mengubah sakitnya menjadi kesehatan yang prima. Semoga keikhlasan itu ada pada setiap diri kita.

• Penulis adalah Mahasiswa Pasca Sarjana STAIN Jember, Dai dan Perawat-Akupunturis, penulis buku “Panduan Lengkap seks Islami ditinjau dari Segi Al-Qur’an, hadis dan Medis”, dan dosen bantu di FIKES UNMUH Jember.

UNTUK PARA MAHASISWA KEPERAWATAN


DAFTAR NILAI AL-ISLAM 3 MAHASISWA S1 KEPERAWATAN
REGULER PAGI SEMESTER 4 TAHUN AJARAN 2011/2012

KELAS A.

1. M. Shadad Khadafi : 76
2. Eva Setya Asih : 70
3. Adhim Hayyu : 90
4. Entik Mujayanah : 72
5. Rizqi Ismayanti : 73
6. Meilyna ade prani : 68
7. Abdul Aziz Azaki : 63
8. Kukuh Marga Utama : 70
9. Ahmad Gufron : 65
10. Istiadatul maisaroh : 78
11. Santo Zabidi : 71
12. M. Zainor R : 71
13. Setya Rachmat K : 73
14. Agustin Dwi J : 67
15. Imron Fahim : 71
16. M. Iqbal baidowi : 61
17. Rcky Sadam : 75
18. Aprilina Puspitasari : 90
19. Edo Nurmiansyah : 77
20. Afiridho Isra : 70
21. M. Hasan Basri : 83
22. Annisa Hidayati PN : 50
23. Gufron Hilman : 70
24. Rahmad Samsudin : 81
25. Irmawati KD : 64
26. Wike Rosalini : 63
27. Fakhrus Syakirin : 78
28. Andi Kuswoyo : 63
29. Devita Nurul : 90
30. Andi Yuliandika : 80
31. Siti Nuzulul qurnainiyah : 80
32. Krista Widya Permadi : 75
33. Miftah Istifarda : 70
34. Ferry Aprilianto : 78
35. Sandy Prawiro : 78
36. Pradiska L : 80

KELAS B.

1. Hipendria : 65
2. Wilujeng oktaviana : 77
3. Yunita Wulandari : 90
4. Jonhiga : 65
5. Januasti ayu : 78
6. Akhwatul Aisyah : 67
7. Alifi Tito Nagari : 75
8. Haizur rahman : 85
9. Gandi permana : 64
10. Nurul Badriyah : 85
11. Miftahudin Abdul halim : 65
12. Ahman firman ismail : 85
13. Dwi agustina : 75
14. Ramadhani ekananda k : 85
15. Endang Setyowatiningsih : 74
16. Kurniawan Budi : 73
17. Miftahul Huda : 90
18. Mifta arsy hening : 78
19. Kamiludin : 90
20. Andre Vreza : 73
21. Resangga fitra : 80
22. Deni Kurniawan : 72
23. Dhani ardiansyah : 63
24. Yusril Ihza : 80
25. Alfan Yahya : 39
26. Efi Tamamiyah : 90
27. M rusdi bahtiar : 90
28. Iqbal fathuri : 73
29. David margiyono : 73
30. Ziaul nisa : 75
31. Lidya saraswati : 70
32. bayu firmansyah : 78
33. hilmi sholihin : 80
34. gufron ari W : 61
35. Meilyna ariyanti : 63
36. Milan Yuliani : 90
37. Dzurriyah sakinah : 90
38. Dedi firmansyah : 66
39. Ikawati Valiant : 92
40. Mujayanah : 90
41. Wiwin Nur A : 72
42. Kholid Ahmad : 90

Jember, 2 Agustus 2011

Dosen Al-Islam

Idris Mahmudi, Amd.Kep; S.Pd.I.

Bagi yang tidak lulus atau nilainya tidak ada segera menghubungi dosen penanggung jawab mata kuliah al-islam 3.

RENUNGAN IDUL FITRI


NASKAH KHUTBAH IDUL FITRI (LOMBA)

3 DOSA YANG PERTAMA
(ANTI KORUPSI, RASIALISME DAN FANATISME)

Oleh :







Idris Mahmudi, Amd.Kep; S.Pd.I. *.
HP : 081336385486.
Blogger : www.tata-h5idris.blogspot.com.
E-mil : idris_mahmudi@yahoo.co.id.

ألسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
ألله أكبر ألله أكبر ألله أكبر لاإله إلاالله ألله أكبر ألله أكبر ولله الحمد.
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيأت أعمالنا.من يهد الله فلا مضل له،ومن يضلله فلا هادي له.أشهد أن لا إله إلا الله وحده لاشريك له و أشهد أن محمدا عبده ورسو له لا نبي بعده. أللهم صل على محمد وعلى أل محمد،أما بعد: فيا أيها الحاضرون،إتقوا الله فقد فاز المتقون.
Hadirin jama’ah sholat Idul Fitri yang dirahmati Allah.
Sejak kemarin sore hingga semalam penuh gema takbir, tahmid dan tahlil berkumandang di seluruh dunia. Lafadz takbir yang berarti mengagungkan Allah karena kesuksesan dan keberhasilan umat islam dalam memenangkan sebuah pertarungan besar. Iya, pertarungan melawan hawa nafsunya sendiri. Sebulan lamanya kita ditempa di kawah candradimuka Romadlon. Sebulan lamanya kita berpuasa yang sebenarnya bukan hanya tidak makan, tidak minum secara fisik saja. Tapi berpuasa baik secara batiniah maupun secara psikis. Disaat siang hari Romadlon kita tidak boleh berhubungan intim dengan istri kita. Mengapa ? padahal dia istri yang telah dihalalkan oleh Islam ? Romadlon menempa kita untuk menundukkan nafsu seks kita walau pada istri yang halal sebagai sarana pelatihan. Harapan Al-Qur’an surat Al-Baqoroh ayat 183 “agar engkau bertaqwa”, mungkin bisa kita ilustrasikan sebagai metemorfosis ulat menjadi kupu-kupu. Siapa yang tidak kenal ulat ? pohon apapun dihinggapi ulat pasti akan rusak. Ulat hinggap di daun akan memakan daun. Di batang, merusak. Hinggap di buah apalagi...., baru-baru ini kota Probolinggo diserang ulat bulu, betapa resahnya masyarakat. Seakan ulat selalu membuat masalah. Suatu saat ulat berpuasa di fase metamorfosisnya dalam kepompong, ia hentikan makan, dan hanya diam saja. Beberapa hari kemudian ia menjelma kupu-kupu. Semua orang tidak menyangsikan betapa indahnya kupu-kupu. Jika para hadirin tahu, semakin menjijikkan dan semakin gatal ulat itu, maka semakin indah kupu-kupu yang dihasilkan. Jika dulu ulat ditolak oleh tumbuhan karena merusak, hari ini kupu-kupu justru diharapkan oleh semua tumbuhan, karena hinggapnya kupu-kupu ke bunga membantu dalam proses pembuahan sehingga bunga juga berubah menjadi buah yang amat dibutuhkan manusia.
Sebulan lamanya kita ditempa di kepompong Romadlon hadirin, yang seharusnya pasca Romadlon kita jadi indah seindah kupu-kupu. Derajat bertaqwa bagi mereka yang telah memenangkan hawa nafsu selama Romadlon dan mempraktekkannya pasca Romadlon di bulan-bulan berikutnya. Namun sayang, kenyataan itu paradoksal dengan konsepnya. Harusnya pasca Romadlon semakin baik semua kehidupan manusia. Saat di bulan puasa alim, begitu Romadlon berlalu jadi dzolim. Selama Romadlon nafsu dikekang, dikendalikan bahkan dalam ekstrim kita penjarakan, namun tatkala Romadlon berlalu nafsu bebas dari penjara dan menjadi dewa di kehidupan kita sehari-hari. Tidak usah jauh-jauh mencontohkannya hadirin. Hari ini kita berhari raya dan diharamkan berpuasa. Pertanyaannya besok pasca sholat idul fitri ini berapa banyak yang berpuasa Syawwal 6 hari ? Jika sebulan penuh berpuasa Romadlon itu wajar dan biasa saja para hadirin, karena yang lain juga sedang berpuasa. Tapi hari berikutnya yang berpuasa Syawwal 6 hari itu baru luar biasa, karena ia berpuasa saat lainnya berpesta pora dan tenggelam dalam kenikmatan makanan. Padahal sabda nabi sudah sangat jelas :
عن أبي أيوب الأنصارى رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: من صام رمضان ثم أتبعه ستا من شوال كان كصيام الدهر.(رواه مسلم)
“Dari Abi Ayyub Al-Anshori RA, sesungguhnya Rosululloh SAW bersabda : barang siapa yang berpuasa Romadlon dan mengikutinya dengan puasa 6 hari di bulan Syawwal, maka ibarat puasa setahun”.(HR. Muslim)

Pertanyaannya, siapa yang melakukannya ? sangat minoritas, karena nafsu sudah terlanjur dimerdekakan. Oleh karena itu pasca Romadlon dinamai Syawwal yang berarti meningkat. Hal ini dimaksudkan kualitas ibadah kita dan kualitas diri kita mengalami peningkatan yang positif. Ulat menjadi kupu-kupu. Manusia dari awalnya destruktif menjadi konstruktif. Kemenangan di hari raya ini layak kita rayakan dan kita semarakkan karena setidaknya nafsu kita berhasil kita kalahkan, namun bukan berarti terlena dan terperdaya lagi di bulan-bulan berikutnya.
Hadirin jama’ah sholat Idul Fitri yang dirahmati Allah.
Suatu ketika Nabi Muhammad beserta para sahabatnya baru saja selesai perang badar, perang yang terkenal perang besar di sejarah islam. Dalam perjalanan pulang nabi nyeletuk :
رجعنامن جهاد الأصغرإلى جهاد الأكبر
“Kita telah pulang dari Jihad yang kecil menuju Jihad yang lebih besar”.

Para sahabat heran karena selama ini perang badar adalah medan jihad terbesar dan bertanya : ”Jihad besar apakah wahai Rosululloh ?” Rosul menjawab : ”Jihad melawan Nafsu”.
Jihad untuk meundukkan nafsu kita sendiri saudaraku sekalian. Karena nafsu seringkali menjadi sumber angkara murka. Apakah nafsu selalu jelek ? Tidak hadirin. Nafsu adalah pelengkap kesempurnaan manusia sebagai manusia. Nafsu adalah kecenderungan manusia. Ia harus ada pada manusia namun penggunaannya harus dikontrol oleh akal sehat dan Agama (Syari’at Islam). Bukankah anak-anak tercinta kita terlahir karena adanya nafsu ? nafsu perlu ada dan butuh penyaluran. Agama mengatur itu. Tanpa nafsu maka bukan manusia, ia adalah malaikat. Mendewakan nafsu juga bukan manusia lagi, tapi binatang. Oleh karena itu islam tidak membolehkan membujang, tidak menikah, atau pengkebirian atas nama mengekang nafsu. Karena itu menghilangkan fitrah dasar manusia. Islam juga mengkutuk manusia yang berprilaku binatang yang tamak, rakus, bebas nilai bahkan free sex, karena itu mendewakan nafsu.
Hadirin jama’ah sholat Idul Fitri yang dirahmati Allah.
Sejarah telah membuktikan bahwa ada 3 dosa yang ternyata itu tercetus karena nafsu yang tidak terkendali. Pertama : nafsu kesombongan, saat penciptaan Adam AS,
قال مامنعك ألا تسجد إذ أمرتك؟قال أناخيرمنه خلقتني من ناروخلقته من طين
“Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang Dia Engkau ciptakan dari tanah".(Q.S. Al-A’rof : 12).

Kesombongan seringkali melupakan diri. Padahal dulu adalah teman kita, begitu jadi birokrasi lupa diri. Dulu adalah sahabat yang sering tangan kita saling berjabat, begitu jadi pejabat enggan mendekat. Padahal jabatan yang melekat hanyalah sekedar ”apa” yang menjadi pelengkap identitas manusia. Namun hakikat manusia existensinya tetaplah sebagai ”siapa”. Jika kita bertemu dengan seseorang, kita bertanya ”siapa” dia ? Dia adalah Rohman misalnya. Siapa Rohman ? dia adalah manusia. Jika diteruskan ”apa” pekerjaan Rohman ? baru dijawab dia dosen, dia profesor, dia bupati, dia presiden dll. Jujur saja hadirin, semua pekerjaan, prestasi dan jabatan yang melekat pada manusia hanyalah sekedar ”apa”. Tapi kemanusiaan itu adalah hakikat ”siapa” existensi diri kita yang sebenarnya. Kita semua sama, tercipta dari sperma yang hina, terlahir telanjang dan berahir hanya selembar kain kafan. Mengapa kita begitu sombong ? mengapa ”apa-apa” yang ada pada kita saat ini justru mengalahkan existensi ”siapa” sebenarnya kita. Oleh karena itu momentum Romadlon kemarin dan hari raya Idul Fitri yang berbahagia ini kita melebur diri, berbaur lagi. Kita buang kesombongan dari diri kita, kita tanggalkan egoisme kita dan saling memaafkan atas semua khilaf dan dosa yang diperbuat ke sesama kita selama ini.
Kesombongan itu di era sekarang menjelma dengan konsep ”rasialisme” dan ”fanatisme”. Atas nama rasialisme Amerika menganggap dirinya superior diatas bangsa lain dan menganggap inferior bangsa lain. Atas nama rasialisme (dengan teologi Goyyim) Yahudi Israel menganggap dirinya yang paling baik hingga membantai rakyat Palestina. Atas nama rasialisme bangsa Arab merasa sebagai suku Quraisy, merasa keturunan nabi, merasa lebih islam dari yang lain sehingga merasa lebih baik dari pada umat islam lain yang non-Arab. Bahkan belakangan bertindak semena-mena dengan TKW dari Indonesia. Bukankah manusia dihadapan Allah adalah sama. Nabi Muhammad juga menegaskan bahwa tidak ada perbedaan Arab dengan bukan Arab, bahkan Al-Qur’an Surat Al-Hujurot ayat 13 menyatakan bahwa yang membedakan manusia dimata Tuhan hanyalah Taqwanya.
Kesombongan itu saat ini juga muncul dalam bentuk ”fanatisme”. Fanatik pada agama yang dianut itu perlu, tapi fanatisme keyakinan sehingga melahirkan ”claim of thruth” berbahaya. Karena yang demikian itu melahirkan keyakinan bahwa hanya keyakinannyalah yang benar dan yang lain salah. Hal ini akan menimbulkan kerusakan. Bom Bali adalah kesombongan fanatisme. Membunuh orang atas nama nafsu kemudian dibalut dengan baju agama. Membunuh orang atas nama ”Allah”. Merusak sarana ibadah atas nama ”Allah”. Tuhan kok dibajak. Itulah kesombongan yang ingin kita buang dalam momentum hari raya yang bahagia ini.
أكبر ألله أكبر ولله الحمد.
Hadirin jama’ah sholat Idul Fitri yang dirahmati Allah.
Dosa hawa nafsu kedua adalah keserakahan. Hal ini dilakukan oleh sepasang manusia pertama yang tergoda rayuan Syetan, sebagaimana ilustrasi Surat Al-Baqoroh ayat 35-38. Di syorga semua dihalalkan dan semua diperbolehkan untuk dimakan kecuali satu pohon saja, kecuali 1 buah saja. Semua yang halal tidak nampak justru atas nama keserakahan 1 yang dilarang dilirik. Syetan datang mempermainkan nafsu serakah manusia, dan keserakahan itu menggelincirkan Adam dan hawa dari syorga. Hutan yang gundul saat ini di negeri yang konon sebagai untaian zamrud katulistiwa ini karena keserakahan manusia yang kemudian berdampak banjir dimana-mana. Bahkan masih teringat di pelupuk mata banjir lumpur, gunung longsor di Panti Jember-JATIM juga atas keserakahan manusia. Bukit-bukit dan gumuk rata dengan tanah karena keserakahan manusia. Negeri ini hancur karena koruptor merajalela itupun karena ketamakan dan keserakahan manusia yang merasa tidak cukup dengan miliknya sehingga mengambil yang bukan haknya. Menurut hemat kami jauh lebih menakutkan koruptor daripada pencuri. Pencuri terkadang terpaksa melakukan tindakan mencuri karena memenuhi kebutuhan hidupnya, atau kebutuhan keluarganya. Namun koruptor melakukan tindakan korupsi karena memenuhi gaya hidupnya. Koruptor merasa kurang dengan pendapatan sah yang dimiliknya, sehingga gaya hidup menuntutnya untuk mengkorupsi yang bukan haknya. Ironisnya mengapa pencuri sebuah semangka dihukum penjara sedang koruptor bank berkeliaran ? Skandal centuri entah kemana ? Malinda dee katanya masih mau operasi ? Anehnya Gayus Tambunan bisa pelesiran ke Bali ? Seorang terhormat yang katanya wakil rakyat M Nazarudin bendahara partai Demokrat dijemput masih belum kembali ? Mengapa jika kesalahan menimpa rakyat kecil hukum ditegakkan, namun jika menyentuh pejabat dan konglomerat hukum diabaikan ? Inilah yang mengantarkan kehancuran negeri ini. Pantas jika Muhammad SAW dulu dengan geram pernah berpidato :
عن عائسة رضي الله عنها أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: أيهاالناس إنما أهلك الذي من قبلكم أنهم كانوا إذا سرق فيهم الشريف تركوه،وإذا سرق فيهم الضعيف أقاموا عليه الحد.والذي نفسي بيده لوسرقت فاطمة بنتي لقطعتهايدهابيدي.(رواه البخارى ومسلم)
”Dari Aisah RA, sesungguhnya Rosululloh SAW bersabda : wahai para manusia, sesungguhnya kebinasaan umat terdahulu adalah manakala pembesar mereka mencuri (korupsi) hukum diabaikan, dan jika orang lemah (rakyat kecil) mencuri hukum ditegakkan. Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, jika putriku Fatimah mencuri, sungguh sayalah yang memotong sendiri tangannya”.(HR. Bukhori dan Muslim).

Kita lihat betapa negeri ini mempermainkan hukum. Betapa banyak pejabat yang koruptor masih bisa sembunyi dan menyanyi-nyanyi. Sebenarnya sembunyi atau dilindungi ya ? Jika kita berkaca pada Cina, dulu juga terkenal sebagai negara korupsi, birokrasi kekaisaran Cina susah membasmi. Suatu ketika dilantiklah seorang kaisar baru. Begitu dilantik kemudian menyampaikan pidato kekaisarannya yang singkat : ”Sediakan 100 peti mati bagi para koruptor, dan sisakan 1 untuk saya manakala kalian dapati saya korupsi”. Sejak saat itu para koruptor di Cina dihukum mati dan menimbulkan efek jera sehingga saat ini Cina menempati salah satu negeri yang kecil bahkan dinyatakan bersih korupsi. Cina negara yang umat islamnya minoritas bahkan komunis, namun ia praktekkan islam, semangat hadis diatas diaplikasikan sehingga mengantarkan Cina menjadi negara maju, bahkan sekarang diprediksi menjadi macan Asia bersama India. Lalu bagaimana dengan Indonesia ? Mayoritas pendudukanya Islam, bahkan 83 % muslim tapi korupsi merajalela, bahkan digelari negeri terkorup nomer 3 sedunia, terkorup nomer 1 se-Asia Pasifik. Bagaimana hukuman bagi koruptor Indonesia ? Karena yang diterapkan bukan hukuman mati, justru penjara ber-AC, ada fasilitas karaoke, bahkan ada salon untuk perawatan Kecantikan layaknya hotel berbintang 5. Kalaupun hukuman mati bagi koruptor Indonesia diterapkan, kami pribadi tidak setuju. Salah jika koruptor dihukum mati, yang benar adalah dimutilasi. Iya kalau Cina dengan hukuman mati sudah jera, Indonesia...., korupsi seakan sudah mendarah daging dari birokrasi atas sampai ke bawah. Korupsi adalah manifestasi ketamakan, keserakahan yang merupakan dosa ke-2 yang membuat 2 manusia mulia tergelincir dari Syorga. Oleh karena itu fenomena sekarang banyak termuat TV, dulu pejabat karena diketahui korupsi jadi tersangka penjahat. Dulu bupati karena korupsi jadi masuk bui.
Fenomena keserakahan nafsu itu sering muncul di bulan Romadlon kemarin tatkala menjelang berbuka. Semua makanan dan minuman disiapkan di meja. Seakan semua mau dimakan. Padahal perut kita terbatas, begitu berbuka minum segelas air, sepiring nasi tambah segelas susu sudah kenyang. Kemana yang seakan mampu menghabiskan semua makanan tadi ? Itulah nafsu keserakahan yang ingin dikendalikan saat puasa. Sering kita jengkel dengan ”bajing” (tupai) karena kerakusannya. Jika hadirin tahu, serakus-rakusnya ”bajing” paling hanya buah kelapa yang dimakan. Tapi ”bajingan” bukan hanya buah kelapa yang dimakan, tiang listrik dimakan, kabel listrik dimakan, aspal, batu koral, semen bahkan kapal pun dimakan. Keserakahan, dosa kedua itu dienyahkan oleh puasa Romadlon dan di hari raya fitri ini kita menjadi suci, sesuci bayi yang baru dilahirkan dari rahim sang ibu.
Hadirin jama’ah sholat Idul Fitri yang dirahmati Allah.
Dosa ketiga adalah Iri dan dengki. Sebagaimana digambarkan dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 27-31, bahwa putra Adam Qobil iri pada saudaranya Habil karena kurbannya diterima sementara miliknya tidak, dan mendapatkan saudari kembarnya yang cantik untuk diperistri. Nafsu iri itu kemudian melahirkan dosa ke-4 yaitu pembunuhan Habil oleh Qobil.
Atas nama iri dan dengki kita tidak menyapa tetangga kita yang baru mendapat rejeki. Justru sang istri malah mengahasut dan membisiki suami untuk mencuri bagi yang penghasilannya pas-pasan, dan membisiki suami yang mendapat kursi dan duduk di birokrasi untuk korupsi agar mendapatkan apa yang dicari-cari, karena iri dan dengki terhadap apa yang dimiliki tetangga sendiri.
Oleh karena itu saya berpesan pada para hadirin semua, bapak-bapak dan ibu-ibu. Hakikat hari raya idul fitri ini jangan dinodai. Sebab sudah mulai ada stigma dan gejala, bahwa hari raya idul fitri adalah ajang dan kesempatan unjuk gigi. Para bapak mengeluarkan Avanza nya yang sekian lama di kandang dan membawa semua keluarganya keliling silaturrohmi. Para istri mengeluarkan baju terindahnya dan emas terberatnya agar tampak berseri. Awas ! terjebak kesombongan, itu dosa pertama sejarah pembangkangan syetan terhadap penciptaan manusia. Karena ajang unjuk gigi, maka yang tidak mampu merasa iri akhirnya mendengki tetangganya sendiri. Awas ! iri dan dengki adalah dosa ketiga dari sejarah umat manusia yang kemudian berbuah dosa ke-4 yaitu pembunuhan.
Kesombongan, keserakahan dan keirian, 3 dosa utama dan pertama yang selama Romadlon dan hari raya fitri ini akan kita enyahkan. Semoga dengan semangat Romadlon dan semangat hari raya Idul Fitri Syawwal ini kita semua dijauhkan dari kemaksiatan terutama 3 dosa diatas. Allhumma amin. Dan marilah kita berdoa bersama-sama :
أعوذباالله من الشيطان الرجيم. بسم الله الرحمن الرحيم. أللهم صل على محمد وعلى أل محمد والحمدلله رب العلمين. أللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحيإ منهم والأموات أللهم أرناالحق حقاوارزقناإتباعه وأرناالباطل باطلاوارزقناإجتنابه ربناهب لنامن أزوجناوذريتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماما ربناأتنافي الدنياحسنة وفي الأخرةحسنة وقناعذاب النار. عبادالله: إن الله يأمربالعدل والإحسان وإيتائ ذى القربى وينهى عن الفحشإ والمنكر والبغي يعظكم لعلكم تذكرون.فاذكروني أذكركم واشكرولي على نعم يزدكم ولذكرالله أكبر.

Jember, 21 Juni 2011.

Penulis,



Idris Mahmudi, Amd.Kep; S.Pd.I.




• Peserta adalah Dai dan Perawat-Akupunturis, penulis buku “Panduan Lengkap seks Islami ditinjau dari Segi Al-Qur’an, hadis dan Medis”, alumni IMM, guru SMK Muhammadiyah Jember dan dosen bantu di FIKES UNMUH Jember.

mohon dibaca dan direnungkan

NASKAH KHUTBAH JUM’AT (LOMBA)

HIV-AIDS APAKAH KUTUKAN TUHAN
(SOLUSI PREVENTIF HIV-AIDS DALAM KORIDOR MEDIS DAN ISLAM)

Oleh :







Idris Mahmudi, Amd.Kep; S.Pd.I. *.
HP : 081336385486.
Blogger : www.tata-h5idris.blogspot.com.
E-mil : idris_mahmudi@yahoo.co.id.


ألسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيأت أعمالنا.من يهد الله فلا مضل له،ومن يضلله فلا هادي له.أشهد أن لا إله إلا الله وحده لاشريك له و أشهد أن محمدا عبده ورسو له لا نبي بعده. أللهم صل على محمد وعلى أل محمد،أما بعد: فيا أيها الحاضرون،إتقوا الله فقد فاز المتقون.
Jama’ah Jum’at yang dimulikan Allah.
Marilah bersama-sama di hari Jum’at yang mulia ini kita tingkatkan keimanan dan ketaqwaan pada Allah SWT, sehingga kita tercatat sebagai hamba yang sholih di hadapan-Nya. Amin.
Jama’ah Jum’at yang dimulikan Allah, Allah SWT berfirman :

إن الله لا يظلم الناس شيأ ولكن الناس أنفسهم يظلمون
“Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia Itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri”.(Q.S. Yunus : 44).

Dari ayat diatas sangat jelas bahwa Allah sangat mencintai dan sayang kepada kita, para manusia sebagai hamba-Nya, karena manusia adalah ciptaan terbaik dan terindah-Nya sebagaimana firman-Nya lagi :

لقد خلقنا الإنسان في أحسن تقويم
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. (Q.S. At-Tin : 4)

Mustahil Allah berbuat dzolim pada ciptaan-Nya sendiri. Mustahil Allah merusak hasil kreasi-Nya sendiri. Namun penegasan ayat diatas, justru manusialah yang berbuat dzolim terhadap dirinya sendiri dan berbuat kerusakan yang berakibat pada dirinya sendiri.
Akibat perbuatan dzolim manusia dalam bidang kesehatan adalah munculnya berbagai penyakit yang mematikan. Ternyata dalam kaidah ilmu epidemiologi penyebab penyakit yang ada, 80 % disebabkan oleh prilaku destruktif umat manusia itu sendiri. Diantara banyaknya penyakit di era sekarang, HIV-AIDS menempati penyakit yang paling menakutkan, mematikan dan sampai sekarang belum diketemukan obatnya. Sebenarnya AIDS bukanlah penyakit, tapi kumpulan dari gejala (sindrome) yang virus nya menyerang bagian dari leokosit (sel darah putih) yaitu sel CD4, dimana sel ini sangat bermanfaat untuk pertahanan (barier) dan kekebalan (imunitas) bagi manusia. Virus HIV menyerang sel CD4 ini sehingga kekebalan manusia dilumpuhkan dan akan segera diikuti kematian setelah 20 tahun virus tersebut memasuki tubuh manusia. Dengan kata lain, kematian adalah prognosa/prediksi pasti bagi penderita AIDS karena obat sebagai sarana curatif yang belum ditemukan hingga saat ini. Oleh karena itu AIDS sangat ditakuti tidak hanya bagi Indonesia, tapi manusia seluruh dunia. Dan saat ini penyakit AIDS mampu menyerang 5 orang dalam 1 menitnya. Sungguh mengerikan sekali hadirin.
Jama’ah Jum’at yang dimulikan Allah.
Lantas apa kaitan AIDS dengan kedzoliman manusia sesuai ayat diatas ?
AIDS kepanjangan dari Acquired Immune Defisiensy Syndrome yang disebabkan oleh virus HIV yang kepanjangannya Human Immunedefisiency Virus. Ia pertama kali masuk dan ditemukan di Indonesia pada 5 April 1987 tepatnya di bali melalui wisatawan asal Belanda yang terinfeksi dan menyebar disana.(Mahmudi, 2010 : 131). Mengapa Bali ? secara jujur pandangan barat bali adalah kawasan wisata dan syorganya Indonesia, sehingga banyak turis berdatangan kesana yang membawa budaya hedonisme bahkan permisifisme (keserba bolehan) sampai dengan kontak seksual yang ilegal dan diharamkan oleh Islam. Hal itu diperkuat data hasil penelitian tahun 1990 di Bali menyatakan bahwa 90 % remajanya pernah melakukan hubungan seksual.(Mahmudi, 2010 : 81-82). Belakangan kita ketahui pula seksualitas adalah salah satu media penularan HIV-AIDS. Hubungan seksual yang tidak sah secara bebas adalah bentuk prilaku manusia yang rusak dan dzolim. Sehingga pantas kemudian manusia menuai pedihnya akibat dari kedzoliman itu yang salah satunya adalah munculnya AIDS.
Lebih jauh dari prilaku dzolim manusia terkait dampak AIDS ini, sebenarnya sejarah AIDS terjadi pembelokan dan politisasi. Dunia kedokteran beranggapan bahwa AIDS berasal dari Afrika Selatan dan ditularkan virusnya dari kera. Dari sini ada yang janggal, bagaimana proses migrasi virus itu dari kera ke manusia ? ternyata AIDS ditemukan pertama kali pada tahun 1980 di komunitas homoseksual San Fransisko Amerika Serikat.(Sabili, No.19 TH.XIV 5 April 2007 / 14 Robi’ul Awwal 1428 H : 36-37). Melihat data ini AIDS bukan dari Afrika Selatan tapi justru dari Amerika Serikat yang berbudaya liberal, hedonis dan permisif bahkan belakangan ini melegalkan pernikahan sejenis dan melegalkan hubungan seksual sejenis (homoseksual). Menurut kami terjadi politisasi dan pembelokan sejarah AIDS dari Amerika atas nama superioritas ke Afrika karena dianggap inferior sebab berkulit hitam. Bahkan menurut CDC (Center Of Diseases Control = pusat pengendalian penyakit AS), AIDS dulunya disebut dengan penyakit GRID (Gay Related Infectious Disease = penyakit infeksi aneh yang menyerang kaum Gay).(Dianawati, 2006 : 77). Diketemukan juga data akurat bahwa prilaku homoseksual paling beresiko terkena AIDS sebagaimana grafik berikut :


















(Data didapat dari buku Kapita Selecta Kedokteran terbitan Media Aesculapius edisi ke-3 jilid 2, hal : 162, Homoseksual : 72 %, Heteroseksual : 17 %)

Mengapa kaum homoseksual beresiko tinggi tertular dan menularkan AIDS ? hasil penelitian Kinsey dan kawan-kawan menunjukkan bahwa 20% dari para pelaku homoseks prilaku seksualnya memakai cara Anal Sex (hubungan seksual yang dilakukan dari kemaluan ke dubur). Virus HIV masuk melalui adanya perlukaan. Dubur lebih berpotensi terjadi luka, lecet dan perdarahan sehingga memudahkan masuknya virus HIV.
Jika kita analisa data dan sejarah AIDS diatas maka didapatkan informasi bahwa insiden AIDS diawali :
1. Adanya hubungan seksual secara bebas yang tidak dihalalkan oleh agama Islam.
2. Adanya hubungan seksual dalam bentuk homoseksualitas yang juga sangat dikutuk oleh Islam.
3. Adanya prilaku seks dengan cara anal sex (melewati dubur) yang haram.
Poin ke-1, seks bebas sangat diharamkan oleh Islam dan ini sejak 1400 tahun yang lalu sudah diundangkan negasi/pelarangannya dalam firman Allah :

ولاتقربوا الزنى إنه كان فاحشة وسأ سبيلا
“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”.(Q.S. Al-Isro’ : 32).

Poin ke-2, homoseksual juga diharamkan dan pelarangannya sudah Allah firmankan dalam surat Al-A’rof ayat 80-84 dan surat An-Naml ayat 54-58 yang menceritakan kasus kaumnya nabi Luth yang berbuat keji yaitu homoseksual di negeri Sodom dan belakangan mereka yang meniru prilaku seks nya kaum nabi Luth disebut dengan Sodomi.
Poin ke-3, anal sex (hubungan seks melalui dubur) juga diharamkan sesuai firmannya:

فإذا تطهرن فأتوهن من حيث أمركم الله
“Apabila mereka telah Suci, Maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu”.(Q.S. Al-Baqoroh : 222).

Tempat yang diperintahkan Allah itu adalah farji / vagina istri yang sah, bukan dubur / anus. Dalam hadis, nabi Muhammad SAW juga melarang suami menyetubuhi istri melalui duburnya, bahkan ada hadis nabi yang berkualitas Hasan menyatakan bahwa orang yang melakukan anal sex sama dengan homosexual kecil (Hiya Al-Luthiyah As-Sughro = yang demikian itu adalah homosexual kecil).(Jamaluddin, 2005 : 115).
Memang AIDS bukanlah kutukan Tuhan, dan kami sangat setuju itu. Tapi kami berkeyakinan bahwa HIV-AIDS merupakan peringatan atau mungkin balasan dari Allah pada kedzoliman dan prilaku destruktif manusia yang telah melanggar 3 larangan Allah sekaligus diatas. 14 abad yang lalu Islam lewat Al-Qur’an telah melarang perbuatan tersebut, ternyata hari ini baru diketahui dampaknya. Bahkan Allah menegaskan :

ولايزنون، ومن يفعل ذلك يلق أثاما
“Dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya Dia mendapat (pembalasan) dosa(nya)”.(Q.S. Al-Furqon : 68).

Balasan / dosa itu bisa untuk jangka panjang maupun jangka pendek. Balasan Zina jangka panjang adalah neraka di alam akhirat nanti. Mungkin HIV-AIDS adalah balasan / dosa / peringatan jangka pendek di dunia ini.
Jika HIV-AIDS merupakan balasan dari Allah, mengapa juga menimpa orang-orang yang baik ? mengapa bukan hanya menimpa para pezina ? orang sholih / sholihah juga terkena. Bayi-bayi yang tiada berdosa juga terinfeksi. Mengapa ? Allah berfirman :

واتقوا فتنة لاتصيبن الذين ظلموا منكم خاصة.واعلموا أن الله شديد العقاب
“Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan ketahuilah bahwa Allah Amat keras siksaan-Nya”.(Q.S. Al-Anfal : 25).

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa penularan HIV-AIDS bisa melewati :
1. Hubungan seksual (baik sah maupun tidak sah) dengan pasangan yang terinfeksi HIV.
2. Jarum suntik atau alat medis yang terinfeksi HIV / ODHA.
3. Ibu hamil yang terinfeksi HIV menularkan AIDS pada bayinya disaat proses persalinan.
4. Tranfusi darah yang terinfeksi HIV.
Dalam ilmu kedokteran khususnya terkait pathologi, secara garis besar penyakit diklasifikasikan menjadi 3, yaitu :
1. Herediter (penyakit yang diturunkan, misalnya hemofilia).
2. Kongenital (penyakit yang didapat saat bayi dalam kandungan, misalnya kecacatan, Autis dll.).
3. Acquired (penyakit yang didapat sejak manusia dilahirkan sampai kematiannya, contoh tipes, termasuk juga AIDS). Oleh karena itu AIDS disebut Acquired. Dia bukanlah penyakit kutukan Tuhan. Istri yang sholehah pun akan terkena AIDS jika berhubungan seksual dengan suaminya yang telah melacur / berzina dengan wanita yang terinfeksi HIV. Jika istri yang sholehah tersebut hamil dari buah hubungan intim dengan suaminya, maka bayinya yang suci kemungkinan besar juga akan tertular AIDS saat proses persalinan, karena virus HIV senang hidup subur di lendir vagina.
Jama’ah Jum’at yang dimulikan Allah.
Nasi sudah menjadi bubur. HIV-AIDS sudah menjadi penyakit dan menyerang manusia tanpa pandang bulu. Penularannya luar biasa cepat, dan penyebarannya sudah tidak bisa dikontrol lagi. Oleh karena itu penyebaran AIDS diibaratkan fenomena gunung es di tengah lautan sebagaimana gambar berikut :
























Data terbaru yang dilansir Metro TV awal bulan Desember 2008 menyebutkan, dari 32 propinsi diseluruh Indonesia terdapat 6.987 penderita HIV-AIDS, sementara data dari KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) pada September 2008 saat talk show Kick Andy Metro TV Jumat,12 Desember 2008 jam 21.05 WIB menyatakan penderita AIDS sebanyak 21.000. Dengan angka kematian karena AIDS mencapai 3.362 orang.(Mahmudi, 2010 : 131). Jika mengacu teori “fenomena gunung es” ditengah lautan, maka permukaan es yang nampak adalah 6.987 atau 21.000 itu, kalau begitu berapa penderita AIDS yang sebenarnya dalam proyeksi fenomena es yang menggunung dibawah permukaan lautnya ?
Jama’ah Jum’at yang dimulikan Allah.
Sekali lagi, nasi sudah menjadi bubur. Sebagai orang mukmin apa yang bisa kita lakukan untuk memerangi HIV-AIDS itu ? upaya curatif sampai saat ini menemui jalan buntu karena obat AIDS masih belum diketemukan. Oleh karena itu dunia kedokteran menerapkan standar preventif (pencegahan), karena ternyata mencegah lebih baik daripada mengobati. Standar preventif HIV-AIDS menurut kedokteran yaitu dengan metode ABCD, yang bermaksud :
A = Abstinance yang artinya berpuasa atau tidak melakukan hubungan seksual,
B = Be Faithfull yang bermaksud setia pada pasangan seksualnya semata tanpa berganti-ganti pasangan seksual lain.
C = Condom, maksudnya selalu memakai kondom ketika berhubungan seksual.
D = Don’t use a hypodermic needle, tidak menggunakan jarum suntik bekas penderita HIV-AIDS.
Meskipun terjadi pro-kontra untuk metode kondom, karena dikuatirkan justru melegalisasi perzinahan. Data terbaru juga menyebutkan bahwa para pemakai kondom beresiko tinggi terkena kanker penis. Selain itu, secara fakta di AS dan Afrika kampanye kondom mengalami kegagalan. Mereka yang menggunakan kondom tetap terinfeksi HIV-AIDS, karena kondom memiliki 32.000 cacat mikroskopis dan tingkat kebocorannya 30%. Dalam keadaan tidak meregang, pori-pori kondom 1/60 mikron, dan jika meregang akan lebih besar lagi. Ukuran virus HIV adalah 1/250 mikron, jadi virus HIV 4 kali lebih kecil daripada pori-pori karet kondom sehingga virus tetap bisa keluar masuk. (Mahmudi, 2010 : 131-133).
Sedang preventif AIDS menurut islam :
1. Banyak beristighfar pada Allah atas prilaku kedzoliman dan kemaksiatan terutama seks bebas dan narkoba yang merajalela yang berdampak munculnya HIV-AIDS.
2. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan pada Allah. Karena dengan IMTAQ kita akan menjauhkan diri dari prilaku maksiat zina maupun narkoba.
3. Tidak melanggar larangan-larangan Allah, terutama 3 larangan diatas (zina, homoseksual, anal sex), ditambah 1 larangan, tidak mengkonsumsi narkoba, karena narkoba juga menjadi celah tersebarnya AIDS melalui jarum suntik bekas dan dipakai bersama secara bergantian.
4 larangan pada poin 3 diatas ternyata sudah disebutkan dalam Islam lewat Al-Qur’an sejak 14 abad yang lalu. Jadi Islam adalah agama yang progresif, agama yang berkemajuan zaman, agama yang mampu meneropong masa depan, bahkan agama yang sangat preventif terhadap HIV-AIDS. Oleh karena itu dengan kembali pada ajaran Islam, taat pada Islam, meningkatkan keimanan dan ketaqwaan pada Islam, serta ber-islam secara kaffah, insya Allah kita terhindar dari keganasan HIV AIDS bahkan Islam dengan preventif Syari’ah nya mampu memotong penyebaran AIDS.

أعوذباالله من الشيطان الرجيم. بسم الله الرحمن الرحيم
ظهرالفسادفي البروالبحربماكسبت أيدى الناس ليذيقهم بعض الذي عملوا لعلهم يرجعون. بارك الله لي ولكم في القرأن الكريم ونفعني وإياكم بمافيه من الأيت والذكر الحكيم، إنه هو الغفورالرحيم.

KHUTBAH KE - 2
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيأت أعمالنا.من يهد الله فلا مضل له،ومن يضلله فلا هادي له.أشهد أن لا إله إلا الله وحده لاشريك له و أشهد أن محمدا عبده ورسو له لا نبي بعده. أللهم صل على محمد وعلى أل محمد،أما بعد: فيا أيها الحاضرون،إتقوا الله فقد فاز المتقون.كما قال الله في كتابه الكريم : أعوذباالله من الشيطان الرجيم. بسم الله الرحمن الرحيم. يأيهاالذين أمنوااتقواالله حق تقته ولاتموتن إلاوأنتم مسلمون.وقال أيضا : إن الله وملئكته يصلون على النبي يأيهاالذين أمنواصلوا عليه وسلموا تسليما. أللهم صل على محمد وعلى أل محمد والحمدلله رب العلمين. أللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحيإ منهم والأموات أللهم أرناالحق حقاوارزقناإتباعه وأرناالباطل باطلاوارزقناإجتنابه ربناهب لنامن أزوجناوذريتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماما ربناأتنافي الدنياحسنة وفي الأخرةحسنة وقناعذاب النار. عبادالله: إن الله يأمربالعدل والإحسان وإيتائ ذى القربى وينهى عن الفحشإ والمنكر والبغي يعظكم لعلكم تذكرون.فاذكروني أذكركم واشكرولي على نعم يزدكم ولذكرالله أكبر.


Jember, 21 Juni 2011.

Penulis,



Idris Mahmudi, Amd.Kep; S.Pd.I.




• Peserta adalah Dai dan Perawat-Akupunturis, penulis buku “Panduan Lengkap seks Islami ditinjau dari Segi Al-Qur’an, hadis dan Medis”, alumni IMM, guru SMK Muhammadiyah Jember dan dosen bantu di FIKES UNMUH Jember.

BUAT PARA MAHASISWAKU

KISI –KISI SOAL UAS S 1 KEPERAWATAN SEMESTER 4
TAHUN AJARAN 2011-2012

- Jenis dalil-dalil dalam islam dan metode pengambilan hukum dalam islam.
- Onani/masturbasi, aborsi dan hymenoplasty dalam islam.
- KB dalam islam, bank sperma dalam islam dan face dalam tinjauan hokum islam.
- Otopsi dalam islam dan bayi tabung dalam islam.
- Seksologi dalam islam, penyimpangan seksual dan kebebasan seksual menurut keperawatan dan agama islam (vareasi posisi). Terbanyak dari literatur makalah dan buku seks islami. Serta pemakaian alat bantu seksual/aprodisiacha.
- 10 konsep prioritas kaidah hukum islam. Beserta metode penentuan hukum kedaruratan dalam islam.
- Sekilas tentang perawatan jenazah dan konsep hukum berobat dalam islam.
- HIV-AIDS dan kondomisasi, kaitannya dengan KB kondom.
- Hadis yang terkait dengan penciptaan manusia hubungannya dengan tindakan aborsi dalam medis dan tinjauan keislaman.

Soal UAS terdiri dari 4 jenis, yaitu :
Pertama. Soal pilihan tunggal, dimana jika betul bobotnya 1. contoh :
1. Dibawah ini yang termasuk metode KB jenis تحديد النسل adalah ?
A. Coitus Interuptus. B. Tubectomy. C. Kondom. D. IUD spiral. E. Azl.
Kedua. Soal Pilihan ganda, dimana jika betul bobotnya 2. contoh :
1. Dalam seksologi islam, gaya seksual dimana pria dari arah belakang istri saat berhubungan intim secara terminology kamus Mu’jamul wasith dikenal ?
1. Mujabbiyah. 2. Mustalqiyat. 3. Muqbilat. 4. Mudbirot.
Ketiga. Soal Sebab akibat, dimana jika betul bobotnya 4. contoh :
1. Preventif terbaik HIV-AIDS menurut islam adalah menjauhi zina
Sebab
Kondom memiliki 32.000 cacat mikroskopis.
Ke-empat. Soal Essay, dimana jika betul bobotnya 10, contoh :
1. Tentang KB salah satunya berdalil dengan hadis :
كنا نعزل عند النبي والقرأ ينزل
Hadis ini di kemudian hari juga dijadikan salah satu metode KB dalam medis. Jelaskan maksud hadis diatas.

SELAMAT BELAJAR, ANDALAH ORANG-ORANG YANG SUKSES ITU