curhat

MERAIH KEBAHAGIAAN Oleh : Idris Mahmudi, Amd.Kep; M.Pd.I. (HP : 081336385486) 1. Hakikat Kebahagiaan. Kurt Cobain termasuk salah satu musisi legendaris dunia. Ia adalah vokalis band terkenal, Nirvana. Cobain lahir di Aberdeen, Washington pada tanggal 20 Februari 1967. Karena orang tuanya memutuskan berpisah, memaksa Cobain harus tinggal bersama kakaknya di Seattle. Dari karya seni dan bakatnya, ia menjadi sangat terkenal dan kaya raya. Uang melimpah dan apapun yang diinginkan mudah diwujudkan. Popularitas melambung dan bermobil mewah. Hingga peristiwa menarik terjadi pada Tahun 1994. Saat ia di rumah kakaknya di lantai 2, ia menulis di secarik kertas yang kemudian dikenang sejarah : “ I don’t have the passion anymore. And so remember, it’s better to burn out than to fade away. Peace, love, empathy, Kurt Cobain” (Aku sudah tidak bergairah lagi. Ingatlah, tubuh ini lebih baik dibakar hingga musnah daripada dikuburkan. Salam Damai, Cinta, dan Kasih dari Kurt Cobain). Lalu ia menarik pelatuk pistol mengarah tepat di kepalanya sendiri untuk mengakhiri hidup. Cobain ditemukan meninggal dunia karena bunuh diri di kamar atas rumah kakaknya di Seattle. Ia memutuskan untuk menghabisi nyawanya dengan aksi menembak dirinya sendiri. Ia melakukan aksi itu karena depresi. Kejadian Cobain sama dengan yang dialami oleh para legenda rock pendahulunya seperti Jim Morrison, Janis Joplin, Jimmi Hendrix, Bon Scott ,dan masih banyak lagi yang lain. Apa sebenarnya yang membuat bintang rock ini terkena depresi sehingga mau mengakhiri hidupnya? Sebenarnya, hidup Cobain sendiri tidak terlalu susah, apalagi dari segi materi. Sebagai musisi sukses dengan popularitas yang tinggi, jelas ia serba kecukupan. Secara material, jelas ia tidak kekurangan. Namun yang membuat ia depresi ialah justru kepopulerannya sendiri. Kepopuleran Cobain yang langsung melejit telah membuatnya terguncang dan semakin diliputi oleh depresi. Untuk melampiaskan depresinya, ia melampiaskannya dengan cara mengkonsumsi narkoba. Tapi apa lacur, bukan ketenangan yang di raih, ketakutan demi ketakutan terhadap banyak hal malah makin menambah depresi hidupnya. Ketergantungan pada narkoba dan berbagai masalah yang tidak bisa di hadapi itulah yang akhirnya mengantarkannya menarik pelatuk pistol untuk mengakhiri hidupnya. Menurut Abu Hamid al-Ghazhali, orang yang senang (al-sa’id) itu belum tentu tenang (al nafs – al mutmainnah). Kebahagiaan itu kenyataannya tidak bermula pada kesenangan, melainkan berangkat dari ketenangan. Orang yang memiliki banyak uang pasti senang karena segala kebutuhannya tercukupi, tetapi apakah uang dapat menjamin seseorang mendapatkan ketenangan hidup. Sering kali kita temukan, orang kaya justru menjadi bertambah cemas, karena takut dan khawatir hartanya berkurang atau habis. Ada adagium dalam dunia tasawuf yang patut untuk di renungkan, “Lastu aras sa’adata jam’a malin, walikin at-taqiya lahaiya as-sa’idu.” (saya merasa tidak bahagia jika berada dalam kekayaan harta, tapi karena adanya takwa inilah menjadi bahagia yang hakiki). Lantas siapakah yang menjadikan tenang ? dan bagaimanakah ketenangan bisa diraih ? Perhatikan Firman Allah berikut : ثم أنزل الله سكينته على رسوله وعلى المؤمنين “Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rosul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman…”. Perhatikan lagi : هوالذي أنزل السكينة في قلوب المؤمنين ليزدادوا إيمنا مع إيمانهم “Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin untuk menambah keimanan atas keimanan mereka (yang telah ada)”. Perhatikan lagi : “… Dia mengetahui apa yang ada dalam hati mereka, lalu Dia memberikan ketenangan atas mereka dan memberi balasan dengan kemenangan yang dekat”. Perhatikan lagi : الذين أمنوا وتطمئن قلوبهم بذكرالله. آلابذكرالله تطمئن القلوب “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram”. Jika kita mencermati ayat-ayat Al-Qur’an tersebut, nampak bahwa yang memberikan ketenangan itu adalah Allah. Sedang cara untuk mendapatkan ketengan adalah dengan beriman kepada-Nya. Dengan beriman pada Allah manusia menjadi tenang, dan ketenangan merupakan kunci hidup bahagia. Ketenangan jiwa niscaya akan menghilangkan rasa cemas hingga hidup menjadi ringan tanpa beban. Segala penyakit fisik pun akan hilang atau berkurang dengan sendirinya jika jiwa kita menjadi tenang. Orang yang tenang akan dengan mudah mendapat kesenangan dan kebahagiaan. 2. Tragedi Manusia Modern. Saat kemajuan IPTEK dengan segala ragamnya ternyata tidak berhasil mengangkat harkat kehidupan manusia secara hakiki. Justru banyak terjadi kegelisahan-kegelisahan dan semakin tidak bermaknanya kehidupan dan hampanya nilai spiritual. Disaat itulah terjadi “tragedi manusia modern”. Zakiah Darajat dalam bukunya Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental (1985) menyatakan, “seharusnya kondisi dan hasil kemajuan itu membawa kebahagiaan yang lebih banyak kepada manusia dalam hidupnya. Kenyataannya justru menyedihkan, kebahagiaan itu ternyata semakin jauh”. Senada dengannya, Hossein Nasr mengatakan, “krisis peradaban modern bersumber dari penolakan (negation) terhadap hakikat ruh dan penyingkiran ma’nawiyah secara gradual dalam kehidupan manusia. Manusia modern mencoba membunuh Tuhan dan menyatakan kebebasannya dari kehidupan Akhirat. Akhirnya, manusia justru mengalami eksternalisasi dan alienasi (manusia terasing dari dirinya sendiri). Manusia modern yang sering digolongkan sebagai the post industrial society (suatu masyarakat yang telah mencapai tingkat kemakmuran materi sedemikian rupa) bukannya semakin mendekati kebahagiaan hidup, melainkan malah dihinggapi rasa cemas dan depresi justru karena kemewahan hidup yang diraih. Dari sinilah mungkin fenomena bunuh dirinya Kurt Cobain bisa menemukan jawabannya. J. Herlihy mengatakan, “manusia tradisional berusaha mengawinkan hati dan pikirannya lalu berusaha menerima Tuhan dan agama sehingga timbul kedamaian dalam dirinya, sedang manusia modern justru menceraikan pikiran dan hatinya sehingga jauh bahkan mematikan Tuhan dan agama”. Hal ini diperkuat oleh Berger yang mengatakan “Nilai-nilai supranatural telah lenyap dalam dunia modern”. Lenyapnya nilai-nilai tersebut dapat diungkap dalam suatu rumusan yang agak dramatis, seperti “Tuhan Telah Mati” (Nietszhe). Dalam bahasa Marchel A. Boisard, “manusia modern telah kehilangan rasa supernatural (alam gaib) secara besar-besaran”. 3. Jangan Distorsi Pemahaman. Di penghujung tahun 2007 Frontier Consulting Group melakukan survey yang kemudian dikenal sebagai Indonesian Happiness Index (IHI) yang salah satu hasilnya : 1. Orang-orang yang duduk di Top Management adalah salah satu golongan yang paling tidak bahagia. 2. Unemployee (orang yang tidak memiliki pekerjaan/pengangguran) justru merasa lebih berbahagia dari pada mereka yang di top manager. 3. Laki-laki lebih bahagia dibanding perempuan. Penelitian yang dipimpin oleh para profesor bidang ekonomi dari London School menyimpulkan bahwa uang memang mampu membeli segalanya kecuali kebahagiaan. Dalam survey kekayaan, Inggris, Canada dan Jepang termasuk Negara kaya. Namun dalam survey tingkat kebahagiaan, Negara-negara itu yang paling tidak bahagia. Berdasarkan informasi kompasiana.com dan metrotvnews.com bahwa hutang Indonesia di tahun 2011 naik Rp. 17,13 triliun yaitu menjadi Rp. 1.695.000.000.000.000 atau Seribu Enam Ratus Sembilan Puluh Lima Triliun Rupiah. Jika dihitung kasar apabila hutang Indonesia Rp. 1.695 triliun dibagi dengan jumlah penduduk indonesia 250 juta jiwa, maka setiap orang warga Indonesia berhutang sebanyak Rp. 6.780.000. Maka tidak heran jika dengan banyaknya hutang itu, ada yang mengatakan Indonesia sebagai negara yang sangat miskin. Selain itu berdasarkan politikana.com jumlah penduduk Indonesia miskin yang pengeluaran perhari nya Rp. 11.687 ada 130,14 juta. Namun yang menarik, berdasarkan studi oleh Ipsus Global (pada Februari , yang dikutip oleh majalah Time, Kamis 1 Maret 2012), didapatkan hasil “Indonesia adalah negara paling bahagia sedunia”. Mengapa negara-negara yang masuk ke dalam kategori 10 negara terkaya dengan pendapatan perkapita paling tinggi seperti Qatar, Luxemberg, AS, Singapura, Belanda, Swiss, dan lainnya tidak bahagia ? Kenapa malah Indonesia yang menempati rangking pertama Negara paling bahagia ? 1. Apakah karena mayoritas warga Indonesia muslim sehingga bisa merasa bahagia ? 2. Apakah Islam melegalkan kemiskinan bagi umatnya ? 3. Apakah Islam tidak memperbolehkan umatnya kaya ? 4. Apakah Akhirat adalah segala-galanya sehingga dunia sebaiknya ditinggalkan agar bisa menggapai kebahagiaan yang hakiki ? 5. Apakah karena Muhammad SAW (yang menjadi nabinya umat Islam) miskin tapi bahagia sehingga harus mencontohnya ? 6. Apakah kisah Qorun dan Tsa’labah yang membuat Allah benci dengan kekayaan dan menghukum mereka yang kaya ? Temukan jawabannya di artikel selanjutnya dan di pertemuan pengajian selanjutnya.

0 komentar:

Posting Komentar