curhat

SLILIT SANG KYAI


SLILIT SANG KYAI
Oleh :

Idris Mahmudi, Amd.Kep.*

Di suatu desa yang damai dan asri ada seorang yang alim dan sangat mengerti tentang agama, masyarakat sekitar lazim memanggilnya kyai. Biasanya dalam ritual-ritual keagamaan kyai itulah yang sering diminta untuk memimpin acara. Suatu malam salah satu warga desa mengadakan kenduri (dalam tradisi islam jawa disebut “genduren”). Seperti biasanya yang memimpin acara, khususon, doa, tahlil dll adalah pak kyai tersebut. Setelah acara kenduri / tahlil selesai maka keluar makanan sebagai tradisi slametan, yang dalam istilah rakyat sering dikatakan “murak berkat”. Ada “ingkung” (lauk daging ayam) disitu yang menjadi ciri khas menunya. Semua hadirin makan dengan lahap, termasuk sang kyai. Malah biasanya pembagian berkat dan ingkung tersebut harus kyai dulu dan porsinya lebih banyak karena ia adalah pemimpin tahlil.
Begitu acara selesai dikumandangkanlah sholawat nabi yang berarti acara selesai dan hadirin boleh pulang. Ketika saya masih di desa tatkala ikut acara seperti itu dan sholawat dikumandangkan saat acaranya selesai hati saya selalu bergumam “ah ini sholawat nabi yang berfungsi untuk ngusir”. Semua hadirin pulang juga kyai itu. Dalam perjalanan pulang, kyai membersihkan giginya yang ternyata ada sisa ingkung ayam yang nyangkut di sela-sela giginya, “slilit” orang jawa menyebutnya. Karena sulit sambil jalan ia memotong “welit” dari rumah “gedek” tetangganya. Welit adalah bambu tipis, sedang gedek adalah rumah orang pedesaan kuno yang terbuat dari anyaman bambu. Kenalah akhirnya slilit yang nyangkut di gigi kyai tersebut. Karena kelelahan dengan begitu banyaknya undangan pengajian, tertidurlah kyai alim ini. Dalam tidur kyai tersebut bermimpi bahwa kiamat telah terjadi dan semua umat manusia dari zaman nabi Adam hingga manusia akhir zaman dikumpulkan di padang makhsar dan dilakukan perhitungan amal-amalnya sewaktu hidup di dunia. Yang amalnya baik akan diganjar pahala dan dimasukkan syorga, yang amalnya jelek diganjar dosa dan dimasukkan ke neraka. Giliran sang kyai tersebut dihisab / dihitung amalnya. Keputusan pengadilan tuhan menyatakan kyai tersebut masuk neraka. Sang kyai kaget dan protes karena ia merasa selama hidup di dunia ia selalalu taat dan beribadah pada Allah, mengapa ia jadi masuk neraka / ini tidak adil gumamnya. Mungkin ia trauma dengan pengadilan sewaktu hidup di dunia, banyak pengadilan tapi sulit ditemukan keadilan karena banyak mafia peradilan yang main penyuapan sehingga terjadi pemlesetan istilah, seperti KUHP = kuat uang habis perkara, Hakim = hubungi aku kalau ingin menang, dll. Ya mungkin ia mengira malaikat petugas penghitungan amal disogok sehingga ia protes dan demonstrasi pada Tuhan meminta keadilan. Ia melakukan provokasi dan menggelar aksi di DPRD nya Allah di padang makhsar sana. Ternyata Allah sangat demokratis memenuhi tuntutan kyai tersebut untuk penghitungan ulang amalnya dengan teliti, ya seperti kasus PILGUM JATIM di madura kemarin lah. Begitu selesai dihitung ternyata Allah memutuskan pak kyai itu tetap masuk neraka. Dia semakin bingung dan heran apa salah saya ya Allah?
Akhirnya Allah menyatakan statemennya berkenaan kasus kyai tersebut, ya mungkin jika sekarang ini menjadi berita yang menarik sebagai pernyataan pers realis dalam head line news metro TV. Allah berkata “kyai ini memang taat dan rajin ibadah, tapi pernah ia tanpa sadar setelah memimpin kenduri / tahlil ada slilit yang nyangkut di giginya dan ia mengambil welit dari gedek rumah tetangganya tanpa izin pemiliknya. Itu mencuri namanya” begitu pernyataan Allah. Subhanalloh ..... teriak sang kyai itu.
Itu baru welit untuk menghilangkan slilit yang demikian kecilnya disela gigi. Lantas bagaimana jika gelondongan kayu di hutan kalimantan sana ? dengan slilit saja semua ibadah kyai musnah dan menghantarkannya ke neraka, bagaimana dengan Adelin Lis seorang illegal loging yang diputus bebas oleh pengadilan padahal ia telah menebang gelondongan kayu ? anda tahu tragedi longsor panti jember pas tahun baru 1 januari 2006 lalu ? itu bukan slilit lagi, tapi slolot, karena gelondongan kayu ditebang secara liar oleh para ilegal loging. Jika slilit saja cukup mampu untuk mengantarkan pelakunya masuk neraka, bagaimana dengan Bob Hasan ? bagaimana dengan Al-Amin Nasution anggota DPR RI dari fraksi PPP yang terjerat kasus korupsi karena tukar guling hutan ?

• Penulis adalah Dai dan Perawat-Akupunturis, mahasiswa PAI UNMUH Jember, aktivis IMM, penulis buku “Seksual Pasutri” dan CALEG DPRD Kabupaten Jember nomer urut 6 untuk wilayah DP 4 (Jenggawah, Ambulu, Wuluhan, Balung, Rambi) dari partai PAN.

0 komentar:

Posting Komentar