curhat

Sosio-Sexio-Relegius


FETISISHME
Oleh :










Idris Mahmudi, Amd.Kep.S.Pd.I.*
Email : idris_mahmudi@yahoo.co.id
Blog : www.tata-h5idris.blogspot.com
HP : 081336385486

Fetish diartikan sebagai benda, jadi fetishisme secara etimologi diartikan sebagai faham kebendaan. Fetishisme berbeda dengan materialisme. Namun secara sosiologi agama fetishisme dimaksudkan sebagai faham komunitas manusia yang mempercayai sebuah benda, menuhankannya dan menyembahnya. Istilah fetishisme pertama kali dikenalkan oleh Charles de Brosses pada tahun 1760 yang ia maksudkan sebagai agama masyarakat buta aksara yang didasarkan pada benda dan menyembah benda-benda tertentu tersebut. Dibelakang hari istilah fetishisme dielaborasi oleh E.B Taylor pada tahun 1860 menjadi Animisme. Animisme diartikan dan dimaksudkan faham yang meyakini bahwa benda-benda tertentu memiliki roh serta memiliki kekuatan magis, oleh karenanya benda-benda itu lalu dipuja dan disembah oleh manusia. (Djam’annuri, 2003 : 10-11). Dalam tinjauan filsafat agama kepercayaan animisme dikatakan sebagai agama manusia primitif. Oleh karenanya diakhir tahun 1912 Muhammadiyah dengan konsep anti TBC nya (Tahayul, Bid’ah dan Churofat) yang direpresentasikan oleh Muhammad Darwis (K.H. Ahmad Dahlan) mendobrak faham animisme/fetishisme itu untuk memerdekakan manusia dari keterkungkungan penghambaan. Mencerdaskan manusia dari kooptasi primitif menjadi rasional-modernis yaitu mengarahkan pada keyakinan, kepercayaan, tauhid atau aqidah yang lurus dan benar.
Dalam tinjauan seksologi fetishisme juga mempunyai makna yang sama namun berbeda jauh dalam aplikasinya. Bagi seksologi fetishisme dimaksudkan orang yang mendapat kepuasan seksual dengan memuja, memakai atau menggunakan sesuatu dari lawan jenisnya. Dalam makna yang lebih sempit fetishisme mirip dengan istilah transvestisisme. Maksud transvestisisme adalah orang yang mengalami kenikmatan seksual dengan menggunakan atau memakai pakaian lawan jenisnya semisal BH, ataupun celana dalam (CD) wanita. Kecenderungan pelaku transvestit adalah pria. Seorang pria akan merangsang jika melihat BH atau celana dalam yang dijemur dan ingin berfantasi seksual dengan pakaian-pakaian dalam tersebut dengan membayangkan wanita atau tubuh pemiliknya dengan perantaraan pakaian dalamnya hingga mencapai kepuasan klimaks (orgasme). Oleh karena itu, jika sering BH atau CD saat dijemur hilang, maka indikasi ada yang mengalami kelainan seksual (baik tranvestisisme atau fetishisme) disekitar situ.
Fetishisme lebih luas daripada transvetisisme. Jika transvetisisme objeknya hanya BH dan CD, namun fetishisme tidak hanya pakaian dalam itu, bisa sapu tangan, sepatu, rambut, bagian tubuh bahkan suara wanita yang dipuja/disenanginya. Oleh karena itu lebih jauh pelaku fetishisme berfantasi seksual (bermasturbasi) dengan suara wanita lewat telfon hingga mencapai kepuasan seksual (sex by phone).(Mahmudi, 2009 : 45 dan 47). Fakta fetishisme dengan sex by phone ini pernah penulis temukan pada responden penulis saat penelitian dimana responden yang berstatus mahasiswi itu menyatakan pernah ditelfon oleh orang yang tidak dikenal yang tiba-tiba berbicara dengan nada merangsang atau mendesah dan merintih-rintih layaknya orang yang sedang berhubungan seksual. Responden merasa terheran, bingung dan tidak mengerti lalu dimatikan sambungan telefonnya.
Demikianlah sekelumit istilah fetishisme yang memiliki persamaan makna, namun berbeda aplikasi dari sudut keagamaan (spiritualitas) dan dari sudut seksualitas. Namun satu yang menjadi benang merah (baik dari sudut spiritualitas dan dari sudut seksualitas) bahwa fetishisme adalah suatu abnormalitas.

• Penulis adalah Mahasiswa Pasca Sarjana STAIN Jember, Dai dan Perawat-Akupunturis, penulis buku “Panduan Lengkap seks Islami ditinjau dari Segi Al-Qur’an, hadis dan Medis”, dan dosen bantu di FIKES UNMUH Jember.

0 komentar:

Posting Komentar